Terinspirasi Sultan Jogja, ini Cara Helmi Bikin Sejahtera Petani

PILKADA 2020 - Sabtu, 7 November 2020

Konten ini di Produksi Oleh :

Calon Gubernur Bengkulu Nomor Urut 1 Helmi Hasan

GARUDA DAILY – Calon Gubernur Bengkulu Nomor Urut 1 Helmi Hasan mengatakan, selama ini petani seperti anak yatim. Mereka beli pupuk sendiri, tanam sendiri, rawat sendiri, dan jual sendiri.

“Memang kadang ada pupuk subsidi, tapi kualitasnya jauh dari yang non subsidi,” kata dia.

Helmi pun bercerita tentang sejarah kerajaan-kerajaan di Nusantara dulu. Menurutnya, kenapa Kesultanan Yogyakarta tetap eksis hingga hari ini, karena rajanya ketika itu membuat kebijakan tanah tidak boleh dijual.

“Saat itu, tanah punya negara, dikelola oleh Sultan,” imbuhnya.

Di sisi lain, Sultan menjamin kehidupan rakyatnya. Sekolah dibiayai, kebutuhan sandang, pangan, dan papan dipenuhi.

“Lihat mereka para abdi dalem, tetap bahagia walaupun gaji mereka murah. Kenapa? Karena kebutuhan mereka terpenuhi,” ungkapnya.

Kebijakan untuk petani harus demikian, tegas Helmi yang berkomitmen untuk mensejahterakan petani dengan cara pemerintah ikut andil dalam proses pertanian.

Pemerintah, kata dia, harus memikirkan tanaman apa yang produktif untuk ditanam petani. Pupuk dan bibitnya pun harus dipenuhi oleh pemerintah.

“Lahannya juga, pemerintah akan menyediakan 100 ribu hektare lahan produktif untuk petani,” jelasnya.

Pada masa panen, sambung Helmi, pemerintah juga harus ikut andil. Hasil panen harus dibeli pemerintah, supaya harganya bisa sesuai standar.

“Pemerintah itu punya anggaran untuk menahan produk tani. Jadi bila harga pertanian di pasaran turun, pemerintah harus beli langsung dari petani,” ungkapnya.

Bersama Muslihan Diding Soetrisno, Helmi juga berkomitmen untuk memberikan bantuan 100 ribu hand traktor, 100 ribu ekor sapi, kambing, dan kerbau.

“Bantuan ini sebagai stimulus agar para petani bisa meningkatkan hasil pertaniannya,” kata Helmi.

Sebelumnya, Direktur Kaba Hill Koko Andalas menyampaikan persoalan fluktuasi harga sayur-mayur terus menjadi masalah bagi petani. Ke depan gubernur harus bisa mengatasi permasalahan ini.

“Sejak 14 tahun yang lalu saya konsen dengan masalah ini dan hingga saat ini belum ada gubernur yang punya solusi riil,” ungkapnya.

Padahal, kata dia, petani ini adalah pahlawan dunia. Tidak ada manusia yang bisa hidup tanpa petani. Presiden sekalipun butuh makan.

“Makanya saya dari dulu teriak selamatkan petani,” imbuhnya.

Aktivis lingkungan ini menambahkan, nilai jual hasil tani fluktuatif terkadang sangat merugikan petani. Jangankan balik modal, tak jarang petani meradang karena hasil pertanian tak ada harganya.

“Saya sampai pernah nangis karena harga kol di pasar sangat murah. Akibatnya, petani tidak panen kol-kol itu, karena tidak untung bila dijual. Kol yang sudah dirawat berbulan-bulan itu akhirnya dijadikan kompos,” jelasnya. (TC)

BACA LAINNYA


Leave a comment