Sang Akuan (2)

LITERASI - Senin, 10 Juli 2017

Konten ini di Produksi Oleh :

Cerpen: Benny Hakim Benardie/Part 2

Petang Jumat  itu Ja’far sengaja memanjakan dirinya, sembari mengamati tiga anak sedang bermain di belakang rumah. Sementara isterinya tampak sibuk mengupas ubi kayu untuk santapan petang hingga malam menjelang nanti.

Pikiran Ja’far masih  teringat dengan cerita Wan Usup soal harimau jadi-jadian itu. Bergegas ia beranjak dari kursinya menuju rumah wan Usup, dengan bertelanjang dada dan alas kaki.

Rupanya Wan Usup sudah mengetahui kedatangan Ja’far. Maklumlah mantan mantan pendekar dan menguasai ilmu harimau!  Belum lagi mengucapkan salam, Wan Usup sudah mempersilahkan Ja’far masuk.

“Salamualaikun Wan?”

“Wa’alaikumsalam…….Ayo masuk  jangan diluar, kedalam saja”, teriaknya.

Baru saja duduk, segelas kopi langsung dihidang oleh isteri ketiga Wan Usup yang berasal dari pulau Jawa, dan umurnya beda setengah abad darinya.

“Apalagi yang kamu mau tahu soal ilmu harimau tu? Kan tadi sudah Wan jelaskan. Sebenarya ada alasan kenapa soal ini Wan mau ceritakan pada kamu, karena dulunya ayah kamu juga punya ilmu itu”.

Belum sempat ngomong, Ja’far hanya bisa terperangah saja. Wan Usup rupanya sudah ‘membaca’ maksud dan tujuan dirinya. Sempat kaget Ja’far saat dikatakan kalau mendiang ayahnya juga mempunyai ilmu harimau itu.

“Iya Wan……Aku memang mau tahu banyak. Ntah mengapa, rasanya jadi ganjalan dan mau tau banyak Wan” kara Ja’far terbatah-batah.

Ritual Silat

Dengan gaya kaki melipat bersilang, bakpendekar duduk bersiaga, Wan Usup mulai angkat ceritera. Ja’far mulai mengatur posisi dan mendekati tempat duduk Wan, sambil menyembar rebusan ubi dari atas meja.

Diceritakan Wan, sesuai saat dirinya latihan silat harimau dulu. Biasanya ritual silat harimau ini diadakan di luar desa  dan tempatnya ditentukan para tetua perguruan. peserta tidak banyak, paling hanya 15 – 25  murid saja. Tentunya dengan persiapan ritual dan sesajenan sembari membakar kemenyan atau dupa.

“Waktu itu ayah kamu duduk disebelah Wan”.

Tak sepatah katapun jawaban dari Ja’far, selain mengangguk-anggukkan kepalanya.

“Nah…..Di arena silat itu nantinya disiapkan sebuah pintu, semacam pintu gerbanglah”, jelas Wan Usup.

“La untuk apa  gerbang itu Wan?” Tersenyum Wan Usup melihat antusiasnya Ja’far mendengarkan ceritanya.

Pintu gerbang itu gunanya, kalau nanti ada murid yang mendapatkan  titisan wangsit atau lulus ritual, maka irama suara kulintang  kian cepat berbunyi, termasuk gong dipukul.  Itu tandanya di panggil Maha Guru dari Gunung Dempo.

“Kebetulan Wan sama ayah kamu yang terpilih”.

Antara sadar dan tidak, Wan sama ayah kamu seakan berada di alam lain berangkat ke gunung menunggang seekor harimau. Wan harimau warna hitam, sedang ayah kamu yang loreng. Hanya ‘sekejap mata’ kami tiba di padepokan Sang Maha Guru  dan tampak  sesosok orang yang lagi bersemedi di puncak Gunung Dempo itu.

“Usai berbagai ritual disana, kami lulus ujian dan dihadiahkan sepotong  kayu Panjang Umur dan berbagai ranting kayu lainnya sebagai oleh-oleh, yang Wan cerita pagi tadi. Dari atas gunung, kami masih mendengar tetabuhan yang terus dimainkan. Itu pedoman kami saat mau pulang ke arena”.

“Jadi setelah Wan tidak memelihara akuan harimau itu, apa jurus silat harimau Wan kini sudah hilang?” sela Ja’far.

“Tidak akan hilang. Akuan harimau itu juga tidak pergi jauh. Ia masih ada disekitar rumah. Hanya saja Wan tidak mau memeliharanya lagi. Wan sudah tua”, jelasnya.

Wan Usup mengakui kalau ilmu silat Harimau yang dikuasainya sangat ampuh, jika dibandingkan dengan ilmu silat-silat lainnya. Silat Harimau bermain rendah, bakharimau mengendap siap menerkam mangsa.

“Hanya itu saja?”

Tersenyum Wan Usup, tapi mengambarkan rasa takut bagi yang melihat. Ja’fapun mungkin lupa, kalau ilmu pengobatan yang dilakukan ayahnya dahulu, sama dengan yang dilakukan Wan Usup kini.

Dukun Sakti Mandraguna

Mereka yang diakui  murid langsung dari Sang Maha Guru  yang berada di Gunung Dempo, memang memiliki kekuatan magis mempuni. Selain mereka bisa berkomunikasi dalam jarak jauh  sesama seperguruan dimanapun mereka berada. Meskipun diseberang lautan.  Manusia harimau dapat berjalan dengan cepat, bagaikan kilat.

Wan usup juga menceritakan, bagaimana dirinya menghabisi para orang asing yang ingin menguasai Dusun Pasar Seluma ini. Ratusan tentara sempat mengejarnya, namun tidak dapat mengejar dan menemukannya. Padahal saat itu dirinya tetap berada di dusun.

“Apakah dulu mendiang ayah mu tidak bercerita soal ini?”, tanya Wan Usup, melihat Ja’far seakan tidak tahu banyak  soal silat ulu ini.

BACA LAINNYA


Leave a comment