Rumah Sakit yang ‘SAKIT’

LITERASI - Rabu, 29 Agustus 2018

Konten ini di Produksi Oleh :

Doni S*

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), rumah sakit merupakan kata majemuk yang berarti gedung tempat merawat orang sakit atau gedung tempat menyediakan dan memberikan pelayanan kesehatan yang meliputi berbagai masalah kesehatan.

Dari acuan arti rumah sakit tersebut tentulah kita sudah memahami bahwa rumah sakit adalah suatu tempat untuk memberikan pelayanan kepada orang yang sakit atau pasien.

Sedangkan rumah sakit umum mengandung arti, suatu tempat yang dapat melayani berbagai pasien yang mengidap penyakit beraneka macam.

Di rumah sakit itu, setiap orang yang sakit akan diberikan pelayanan untuk penyembuhan penyakit yang dideritanya dengan berbagai fasilitas seperti, tempat rawat inap, pengecekan kesehatan, diagnosa penyakit serta obat-obatan.

Di rumah sakit umum tersebut juga tersedia dokter ahli untuk menangani penyakit pasien.

Pelayananan untuk si pasien serta segala jenis administrasinya dikelola oleh suatu manajemen di rumah sakit, yang terdiri dari direktur, wakil direktur, kepala bidang dan tenaga medisnya.

Setiap orang yang sakit maupun berkaitan dengan urusan administrasi pasien, dapat berurusan di rumah sakit tersebut, siapapun dan apapun jabatannya.

Dikarenakan setiap orang yang sakit butuh kesembuhan, maka harus diberikan pelayanan yang maksimal dari pihak rumah sakit bagi si pasien.

Nah, bagaimanakah jika pelayannya yang sakit? dalam artian manajemen rumah sakit ini juga terkena ‘sakit’.

Dimana pelayan si pasien seharusnya dalam keadaan prima, sehat lahir maupun batin sehingga dapat melayani dan mengurus si sakit maupun ‘rumahnya’ dengan sebaik-baiknya.

Jikalau lah pihak pelayan (manajemen) ini juga terkena sakit dan sakitnya sakit rohani yang dapat mempengaruhi jiwa, mental maupun pikiran si pelayan, seperti sakit hati, stres, gila jabatan, mental korup, sombong dan angkuh, tentulah juga akan berimbas pada kesembuhan si pasien maupun kesehatan rumah sakit itu sendiri.

Jika rumah sakit itu menjadi ‘rumah’ yang sakit, dimana di dalam rumah itu penghuninya semuanya sakit. Maka rumah sakit akan bermakna seperti makna dasarnya yaitu, rumah tempat orang sakit, dimana di dalam rumah sakit itu orangnya pada sakit semua.

Di balik kata rumah sakit umum itu ada suatu pertanyaan, apakah semua di dalam rumah sakit tersebut semua orang sakit?

Dan jika rumah sakit juga terkena penyakit, siapa yang akan melayani dan menyembuhkan rumah sakit tersebut?

Pertanyaan tersebut tampak membingungkan, karena sejatinya rumah sakit adalah tempat dan pelayanan untuk mengobati penyakit si sakit.

Seperti jika adanya berbagai keluhan dari pasien maupun keluarga pasien terhadap pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit.

Hal itu sudah menunjukan indikasi adanya penyakit dalam tubuh manajemen rumah sakit itu.

Contoh kasus, saat pasien yang membawa pulang mayat bayinya dalam tas dengan menaiki mobil travel karena tak mampu membayar ongkos mobil ambulans rumah sakit yang mahal.

Begitu juga adanya penolakan bagi pasien Jamkesprov yang ingin cuci darah.

Rumah sakit yang menolak dan menelantarkan pasien lantaran tidak punya uang jaminan.

Rumah sakit yang hanya memberikan pelayanan ekstra kepada para pembesar dan orang kaya.

Ada juga peralihan mobil ambulans yang seharusnya digunakan untuk kepentingan si pasien tapi digunakan untuk kepentingan pribadi pihak manajemen rumah sakit.

Dari contoh di atas, merupakan ragam penyakit yang diderita oleh manajemen rumah sakit.

Untuk mengobati berbagai penyakit itu, perlu dilakukan diagnosa sakitnya apa, karena apa dan diberikan obat yang tepat. Sehingga penyakit di tubuh manajemen rumah sakit tersebut tidak menjadi kronis serta dapat cepat diketahui dan disembuhkan.

Andaikata pihak yang punya rumah tidak mampu mengobati penyakit yang ada di dalam rumah sakit tersebut, tentulah harus mencari solusi untuk mengobatinya dari pihak luar rumah sakit.

Mampukah “mereka” mengobati sakit rumah sakit ini?

Tentunya kita sebagai masyarakat yang membutuhkan rumah sakit berharap rumah sakit umum hanya diperuntukan bagi pasien yang sakit saja dan jangan pihak pelayan (manajemen) rumah sakit yang ikut ‘sakit’ juga.

Terlebih miris lagi jika orang di luar rumah sakit, ikutan ‘sakit’ juga, karena memandang remeh pada sakitnya rumah sakit dan tidak mencarikan ‘obat’ yang tepat guna menyembuhkan penyakit yang diderita manajemen rumah sakit.

*Pemred GARUDADAILY.com

BACA LAINNYA


Leave a comment