Menguak Aksioma

LITERASI - Sabtu, 8 Juli 2017

Konten ini di Produksi Oleh :

By: Cik Ben

Beberapa hari lalu ada dialog yang bertemakan: Memetik Hikmah dari OTT KPK. Kesimpulannya, ada yang terkuak dan sedikit menguak.

Fakta itu terkuak, tapi semua merupakan aksioma. Orang Bengkulu bilang, kalau yang sudah diketahui diulang-ulang, itu sama saja ‘memanjangkan tali kelambu’. Bicaranya pelan, ceritnya lama, selesaipun tidak.

“Maksudnya apa Cik?” celetuk salah seorang tak dikenal.

Cik Ben tidak mengubris pertanyaan itu. Ia tetap konsen pada tema yang menurutnya sangat menyentuh perasaan dan semi puitis. Tentunya Cik punya penafsiran sendiri sesuai alam pikirannya yang hanya tamatan sekolah dasar di dusun.

Bagaimana kalau kata hikmah itu kita analogikan dengan isi buah. Karena ‘Memetik Hikmah dari OTT KPK’ itu kalau di bengkulukan, pasti pasca operasi tangkap tangannya Ridwan mukti plus Cs beberapa minggu lalu.

“Jadi Cik mau katakan, Memetik buah dari OTT KPK itu adalah Wakil Gubernur Bengkulu , Rohidin Mersyah. Karena buah baru di petik, kita tidak tahu rasa dan warna isi buah itu. Maniskah, kelatkah, atau pahit”, kata Cik Ben di warung kopi.

“Maksudnya?”, kata orang tak di kenal lainnya.

Dua kali orang ini bertanya dan menggangu pikiran Cik Ben. Tapi ada benarnya juga dia bertanya tentang fakta yang di bicarakan. Tapikan itu semuakan aksioma?

“Ah dasar orang baru dan nggak dikenal. Kalau dia juga isi buah sebagai pengganti hikmah tadi, maka rasanya pasti kelat atau pahit. Soalnya, kalau dilihat dari pertanyaan, gaya dan nada bicaranya, orang rasanya pahit dan kelat. Entah kalau yang kedua nih!”. Pikir Cik dalam hati, langsung berdiri pergi.

“Nah pergi dia……. Yang dibahas tadi belum tuntas. O te te saja dibahas! Coba O A Ak kan gemes juga kita”, bisik orang tak dikenal ngedumel.

BACA LAINNYA


Leave a comment