“Sayo Masih Walikota”

TAJUK - Kamis, 11 Juli 2019

Konten ini di Produksi Oleh :

Helmi Hasan

Publik Bengkulu mendadak heboh mengetahui Walikota Bengkulu Helmi Hasan secara ‘tiba-tiba’ membatalkan mutasi 337 Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan Pemerintah Kota Bengkulu. Belum habis rasa kaget atas pembatalan tersebut, di hari yang sama Pemerintah Kota Bengkulu kembali menggelar mutasi. Namun tidak seperti biasanya, jika dalam empat episode sebelumnya gelaran mutasi selalu dipimpin Wakil Walikota Bengkulu Dedy Wahyudi, kali ini mutasi langsung dipimpin Helmi Hasan.

Tak ayal pembatalan mutasi ratusan ASN yang dipimpin mantan Bos salah satu TV lokal Bengkulu itu ramai diperbincangkan, diperdebatkan dan dipertanyakan publik, khususnya di media sosial. Ada yang menurunkan tensi, ada juga yang semakin menghangatkan bahkan cenderung memanasi suasana. Pada prinsipnya publik mempertanyakan apa yang menjadi alasan Helmi membatalkan mutasi yang pada akhirnya membuat Plt Kepala BKPP Kota Bengkulu Sehmi terdepak, padahal baru ‘seumur jagung’ menjabat.

Isu ‘pecah kongsi’ antara Helmi-Dedy pun semakin kuat didengungkan. Meski keduanya, hingga saat ini, belum menyampaikan klarifikasi resmi terkait isu yang berkembang tersebut. Karena belum adanya klarifikasi ini juga yang membuat menjadi ‘wajar’ ketika publik pun mulai menduga-duga keretakan ‘hubungan’ pasangan yang akrab dengan sebutan ‘HD’ ini. Wajar dan normal ketika publik menilai keduanya tak lagi sejalan, pasalnya pembatalan mutasi hanya selang satu hari, dan mutasi lanjutan cuma berselisih beberapa jam saja pasca pembatalan.

Terkait mutasi sendiri, Helmi telah memberikan pernyataan resminya. Mutasi baginya adalah proses untuk Bengkulu menjadi kota yang lebih baik, khususnya dalam memberikan pelayanan publik, juga pemantapan di tubuh Organisasi Perangkat Daerah (OPD). Dan pembatalan mutasi dilakukan setelah adanya proses evaluasi yang melibatkan semua unsur terkait, kesimpulannya pembatalan mutasi adalah proses penyempurnaan struktur pemerintahan daerah.

Mutasi dalam roda pemerintahan adalah hal biasa. Idealnya, mutasi dilakukan sebagai upaya menyusun formasi terbaik dengan tujuan tecapainya peningkatan pelayanan publik dan kinerja. Ketika dalam perjalanannya ada sesuatu yang salah, maka satu-satunya solusi adalah membenarkan yang salah tersebut. Helmi sudah menjalankan itu, membatalkan mutasi karena dirasa ada yang kurang sempurna.

Dan ketika pada momen ini menjadi tak biasa, karena prosesnya dipimpin langsung sang ‘Nahkoda’. Bisa jadi Helmi Hasan ingin memastikan proses ini berjalan sesuai dengan idealnya mutasi dilakukan, atau mungkin Helmi Hasan sedang menyampaikan pesan ‘politik’ bahwa “Sayo Masih Walikota”. Namun ada baiknya ‘HD’ muncul di depan publik sembari menyampaikan kabar bahwa “kami baik-baik saja”.

Baca TAJUK lainnya di sini

BACA LAINNYA


Leave a comment