Pentingkah Investasi Modal Manusia?

OPINI - Minggu, 12 September 2021

Konten ini di Produksi Oleh :

Manusia yang memiliki pendidikan lebih baik di asumsikan dapat lebih produktif karena mampu bekerja lebih efektif dan mampu mengadopsi teknologi, sedangkan manusia yang lebih sehat juga dapat lebih meningkatkan produktifitasnya.

Untuk meningkatkan modal manusia, tentu saja terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan seperti menambah waktu untuk belajar dan membiasakan diri hidup sehat seperti menjaga protokol kesehatan saat masa pandemi sekarang ini.

Apa itu Modal Manusia, Modal Manusia (Human Capital) merupakan salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi. Modal manusia dalam terminologi ekonomi sering digunakan untuk bidang pendidikan, kesehatan, dan berbagai kapasitas manusia lainnya yang ketika bertambah dapat meningkatkan produktivitas (Todaro, 2002).

Berbagai upaya pemerintah juga telah dilakukan melalui berbagai program dan kebijakan guna meningkatkan kualitas modal manusia, mulai dari program wajib belajar hingga investasi peningkatan pendidikan melalui dana BOS, Program PKH dan PIP, serta ada penjaminan kesehatan melalui BPJS Kesehatan. Hal itu tentu saja merupakan bentuk- bentuk investasi yang bisa ditanamkan kepada manusia, sebab manusia diakui sebagai salah satu sumberdaya yang diperlukan dalam kegiatan produksi barang dan jasa dalam perekonomian.

Adapun beberapa proxy dari modal manusia antara lain Rata-rata Lama Sekolah (RLS) dan Umur Harapan Hidup Saat Lahir (UHH). Menurut data BPS tahun 2020, diketahui bahwa RLS Provinsi Bengkulu pada tahun 2020 sebesar 8.84, dengan angka RLS tertinggi dimiliki Kota Bengkulu sebesar 11.79 dan angka RLS terendah dimiliki Kab. Bengkulu Tengah sebesar 7.47. Sedangkan untuk angka UHH Provinsi Bengkulu tahun 2020 sebesar 69.35, dimana angka UHH tertinggi dimiliki Kota Bengkulu sebesar 70.13 dan angka UHH terendah dimiliki Kab. Lebong sebesar 63.29.

RLS dan UHH merupakan salah satu indikator/komponen pembentuk dari IPM (Indeks Pembangunan Manusia). IPM sering digunakan sebagai ukuran pencapaian hasil pembangunan dari suatu daerah, dengan 3 dimensi dasar yaitu pendapatan, kesehatan, dan pendidikan Menurut data BPS tahun 2020, diketahui bahwa IPM Provinsi Bengkulu pada tahun 2020 sebesar 71.40, sedangkan pada Kabupaten/Kota yang merupakan kontributor bagi Provinsi Bengkulu mempunyai angka IPM yang cenderung tidak berimbang, sehingga terdapat perbedaan atau disparitas nilai IPM antar daerah, dimana Kota Bengkulu menduduki urutan pertama dengan IPM sebesar 80,36 dan Kabupaten Seluma urutan terakhir dengan IPM sebesar 66,89. Ini menunjukkan bahwa kualitas manusia menurut kabupaten/kota di Provinsi Bengkulu ditinjau dari indikator yang dimaksud masih belum merata, sehingga dapat berpengaruh pada kontribusi pembangunan di Provinsi Bengkulu. Oleh karena itu, memerlukan kebijakan yang cukup efektif untuk mengatasi hal tersebut.

Bedasarkan hasil SP 2020,Provinsi Bengkulu mempunyai jumlah penduduk 2.010.670 jiwa, dengan jumlah penduduk terbanyak di Kota Bengkulu yaitu sebesar 373.591 jiwa. Salah satu penyebab terkonsentrasinya penduduk di Kota Bengkulu adalah sebagai akibat dari cepatnya laju migrasi dari desa ke kota, baik dengan tujuan untuk tempat tinggal, bekerja, melanjutkan pendidikan dan memperoleh pelayanan kesehatan, dimana memang Kota Bengkulu memiliki fasilitas pendidikan dan kesehatan yang cukup banyak serta ditunjang insfrastruktur yang sangat memadai sebagai daya tarik.

Pembangunan di Provinsi Bengkulu yang berlangsung secara menyeluruh dan berkesinambungan telah meningkatkan perekonomian masyarakat. Pencapaian hasil-hasil pembangunan yang sangat dirasakan masyarakat merupakan agregat pembangunan dari 10 Kabupaten/Kota di Provinsi Bengkulu yang tidak terlepas dari usaha keras bersama-sama antara pemerintah dan masyarakat. Namun di sisi lain berbagai kendala dalam memaksimalkan potensi sumber daya manusia dan sumber modal masih dihadapi oleh penentu kebijakan di tingkat provinsi maupun di kabupaten/kota.

Pentingkah invenstasi Modal Manusia? Selaras dengan beberapa teori yang ada bahwa jumlah penduduk yang cukup dengan tingkat pendidikan yang tinggi dan memiliki skill serta memiliki kesehatan yang baik akan mampu mendorong laju pertumbuhan ekonomi. Dari jumlah penduduk usia produktif yang besar maka akan mampu meningkatkan jumlah angkatan kerja yang tersedia dan pada akhirnya akan mampu meningkatkan produksi output di suatu daerah. Namun perlu diperhatikan bahwa di dalam angkatan kerja juga terdapat angka penganggguran, jangan sampai angka pengangguran ini menjadi hal yang berpengaruh negatif untuk pertumbuhan ekonomi. Perlu program dan kebijakan yang nyata dari pihak Pemerintah untuk mengatasi hal tersebut.

*Penulis adalah ASN BPS Kota Bengkulu

BACA LAINNYA


Leave a comment