Tak Terawat, Balai Adat Kota Bengkulu ‘Sarang Maksiat’

NEWS - Senin, 17 Juli 2017

Konten ini di Produksi Oleh :

Tak terawat, Balai Adat Kota Bengkulu Jadi ‘Sarang Maksiat’. Miliaran rupiah tersia-siakan.

Garuda Daily – Miliaran uang negara digunakan dalam pembangunan Balai Adat Kota Bengkulu, beberapa tahun lalu. Kini kian luput dari perhatian pemerintah Kota Bengkulu dan legislatif. Gedung berlambang ‘Cerano’ itu kini menyisakan kondisi yang memilukan nakan negeri. 

Dulu tetuo Kota Bengkulu berharap adat dibangkitkan untuk ketentraman dan pegangan hidup dalam bermasyarakat. Nyatanya, jauh panggang dari pada api. Investigasi report di lapangan menunjukan bagian halaman gedung tumbuh subur rerumputan liar. Rumput ini bahkan mencapai setinggi tegak orang dewasa.

Tak hanya itu, bagian atap plafon gedung juga tampak serampangan. Hampir setengah bagian gedung plafon ini copot. Jika dilihat dari bawah, persis menyerupai lingkaran kawah yang menganga di atap gedung. Beberapa daun pintu gedung ini juga tampak hilang. Sebagian ruangan juga ditemukan pecahan kaca yang diduga berasal dari jendela yang bolong.

Ketua Adat Kelurahan Kebun Keling Sirajidin menyayangkan kondisi tersebut. Balai Adat mestinya mampu menjadi pusat kegiatan pelestarian adat dan budaya Bengkulu. “Dan jugo pacak kito buatkan perpustakaan adat, yang bisa jadi rujukan kito soal adat-istiadat Bengkulu. Sayangnyo, kito ini fasilitas la ado, tapi idak dimanfaatkan”, keluh Sirajidin.

Kondisi ini lebih diperparah dengan tumpukan sampah berbalut debu tebal di dalam, maupun luar areal gedung. Benar-benar mirip dengan ‘rumah hantu’. Dari berbagai tumpukan sampah, diketahui sebagian besar adalah sampah kemasan obat batuk. Dugaan merupakan konsumsi dalam jumlah banyak. Padahal gedung ini berdampingan dengan Mapolresta Bengkulu. Persis di depan gedung, juga berdiri kokoh Gedung Daerah Provinsi Bengkulu yang menjadi Rumah Dinas Gubernur Bengkulu.

Sirajidin mensinyalir, Balai Adat itu acap kalai dijadikan sebagai tempat mabuk-mabukan dan perbuatan maksiat. “Kami selaku warga di sini, kadang risih jugo nengoknyo. Segalo ado di situ. endaknyo mabuk komik, ngelem sampai buek mesum pun ado di situ. Namonyo jugo rumah dak betuan! Kondisi kalu malam gelap cak itu”, kata Sirajidin dengan logat Bengkulunya.

Untuk itu, Sirajidin berharap Balai Adat ini segera mendapatkan perhatian pemerintah. Terlepas difungsikan kembali atau tidak, setidaknya ‘rumah hantu’ ini tidak disalah-gunakan oleh oknum-oknum tertentu, untuk hal-hal negatif. (yc)

BACA LAINNYA


Leave a comment