Mengagumi Keindahan Pulau Tikus yang Terancam Hilang

NEWS - Rabu, 23 Oktober 2019

Konten ini di Produksi Oleh :

Walikota Bengkulu Helmi Hasan dan rombongan di Pulau Tikus

GARUDA DAILY – Baru-baru ini, Walikota Bengkulu Helmi Hasan mengunjungi Pulau Tikus. Walikota tidak sendiri, sejumlah pejabat dan tim rombongan lainnya turut mendampingi, sebut saja Wakil Walikota Dedy Wahyudi, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Syafriandi, Kepala Dinas Perhubungan Bardin Andusti, Kepala Dinas Komunikasi, Informatika dan Persandian Medi Febriansyah, dan lainnya.

Ke Pulau Tikus, juga dalam rangka uji coba Kapal Banawa Nusantara 96. Kapal bantuan dari Kementerian Perhubungan yang memiliki daya tampung sekitar 40 orang dan fasilitas memadai, seperti AC, TV, toilet dan lainnya. Rencananya kapal ini akan dijadikan sarana transportasi wisata ke Pulau Tikus, namun seperti apa pengelolaannya nanti, masih akan dibahas lebih lanjut.

Setibanya di Pulau Tikus, Helmi memuji pesona keindahan pulau tikus. Bahkan dalam laman Media Center lewat berita dengan judul “Gunakan Kapal Banawa Nusantara, Walikota Bengkulu Jelajahi Wisata Pulau Tikus” Helmi disebut-sebut berulang kali mengagumi keindahan pulau yang sebenarnya terancam hilang tersebut.

“Pulau tikus ini merupakan pulau yang sangat indah. Banyak potensi luar biasa yang bisa kita kembangkan di pulau ini. Insya Allah kajian sedang kita lakukan, sehingga nantinya pulau ini dapat memberikan kemanfaatan untuk nelayan, masyarakat, Kota Bengkulu dan Provinsi Bengkulu,” ucap Helmi.

Bahkan Helmi menyampaikan gagasannya agar pulau yang luas daratannya cuma bersisa 0,6 hektare tersebut menjadi tempat iktikaf.

“Saya tadi menyampaikan dengan Ustadz Saeed Kamyabi bahwa Pulau Tikus ini sangat bagus untuk menjadi tempat iktikaf untuk kita semua. Nantinya, kita akan menginap di pulau tikus untuk melaksanakan itikaf,” sampai Helmi.

Baca juga Menuju ’Surga’ di Samudra Hindia

Terancam Hilang

Pulau Tikus merupakan sebuah pulau kecil di pinggiran Samudra Hindia, masuk di wilayah administratif Kota Bengkulu, sekitar 12 mil laut dari arah barat Pantai Jakat. Sebelum kunjungan orang nomor satu di Kota Bengkulu ini, Pulau Tikus kerap dibicarakan, tidak hanya karena keindahannya, tapi juga karena terancam hilang.

Terancam hilang? Karena luas daratan Pulau Tikus di Bengkulu terus berkurang, yang kini tinggal menyisakan 0,6 hektare luas daratan saja, dari luas semula 2,4 hektare. Padahal Ketua Program Studi Ilmu Kelautan Universitas Bengkulu Zamdial Ta’alidin berpendapat, pengelolaan Pulau Tikus bisa dioptimalkan untuk kegiatan pariwisata berbasis konservasi.

Pulau Tikus, ungkap Zamdial, sudah terdampak oleh kegiatan manusia (anthropogenik-antropogenik) dan fenomena alam. kegiatan manusia yang menimbulkan dampak terhadap lingkungan Pulau Tikus, seperti penangkapan ikan di perairan karang, penambatan perahu motor nelayan, penambatan perahu wisata dan aktivitas wisata.

Sementara fenomena alam yang menimbulkan dampak kondisi Pulau Tikus sekarang ini antara lain adalah terjangan gelombang dan arus laut, penaikan permukaan air laut (sea level rise) dan perubahan iklim.

“Kondisi kekinian (existing condition) Pulau Tikus, yang paling mengkhawatirkan adalah terus berkurangnya luas daratan (sekarang hanya tinggal lebih kurang 0,6 sampai 0,8 hektare dari luas awal 2,5 hektare) semakin menghilangnya vegetasi daratan, terumbu karang yang terancam rusak, dan berkurangnya sumber daya ikan,” ungkapnya.

Lanjutnya, Pulau Tikus sekarang dimanfaatkan untuk tujuan wisata, tempat singgah nelayan dan daerah penangkapan ikan bagi nelayan. Khusus untuk tujuan wisata, pemanfaatannya belum memberikan dampak yang signifikan secara ekonomi karena keterbatasan berbagai aktivitas dan daya dukung luas wilayah Pulau Tikus. Menurutnya, aktivitas wisata yang tidak dikelola secara profesional justru menimbulkan dampak terhadap kondisi Pulau Tikus.

“Dari perspektif ekologis, perlu upaya penyelamatan Pulau Tikus, dengan tujuan mengembalikan luas wilayah Pulau Tikus seperti semula. Keberadaan Pulau Tikus memerlukan dukungan kondisi lingkungannya yang juga baik, terutama ekosistem terumbu karang sebagai barrier (peredam alami dari energi arus dan gelombang), menanam kembali vegetasi darat yang berfungsi sebagai pelindung angin dan badai. Keberadaan Pulau Tikus yang terjaga juga akan berdampak positif terhadap wilayah pesisir sepanjang Pantai Malabero, Sumur Meleleh dan Pantai Panjang. Pulau Tikus perlu didukung untuk dikelola berbasis konservasi untuk menjaga keberlanjutan keberadaannya,” tutur Zamdial.

Selengkapnya baca Mengoptimalkan Pulau Tikus, Seperti Pulau Saronde

Mengagumi Keindahan Pulau Tikus yang Terancam Hilang

Wacana Reklamasi

Sebenarnya wacana reklamasi ataupun penyelamatan Pulau Tikus sudah tercetus di awal kepemimpinan Helmi-Dedy. Tak hanya wacana penyelamatan, Pulau Tikus juga diisukan berganti nama Hidayah Island. Bahkan Dedy pada November 2018 dengan menggunakan Kapal Mego II milik TNI AL mengunjungi langsung Pulau Tikus.

“Ukuran Pulau Tikus ini semakin mengecil yang diperkirakan tinggal 0,5 hektare dari 2,5 hektare dan bisa-bisa pulau sebagus ini tenggelam, artinya kita harus menyelamatkannya,” kata Dedy waktu itu.

Dedy waktu itu juga menyampaikan pemkot siap menunjang program reklamasi melalui APBD Kota Bengkulu. Dengan tujuan reklamasi menjadikan Pulau Tikus sebagai destinasi wisata. (Adv)

Baca Rencana Reklamasi, Wakil Walikota Tinjau Pulau Tikus

BACA LAINNYA


Leave a comment