Kritik Pesta Demokrasi Kita: Jangan Saling Mencalak’i

PEMILU 2019 - Kamis, 24 Januari 2019

Konten ini di Produksi Oleh :

Oky Alex S bersama Rocky Gerung

GARUDA DAILY – Aktivis sekaligus Founder Rafflesia Membaca Oky Alex S memberikan pandangannya terhadap perhelatan pesta demokrasi, Pemilu Serentak 2019, yang tinggal menghitung hari jelang hari pencoblosan 17 April 2019 mendatang.

“Setiap perayaan pesta demokrasi, menurut hemat saya terlihat sama saja. Tidak ada ide dan gagasan yang otentik dan baru dalam benak para kandidat baik eksekutif maupun legislatif di Bengkulu,” kata Oky.

Menurutnya, publik selalu diarahkan tentang bagaimana melihat calon kandidat dari latar belakang primordialism, seperti latar belakang keturunan, tempat kelahiran ataupun golongan, dan sebagainya. Selain itu, para kandidat cenderung menggunakan strategi menampilkan citra yang sangat artifisial dan tidak substantif, baik melalui media sosial maupun pendekatan kepada masyarakat.

Baca Literasi; Membaca Realitas Lewat Diksi, Melawan Lewat Tulisan

“Seharusnya dalam konteks pemilihan legislatif yang akan kita lewati ke depan, caleg selain mengambil hati masyarakat juga berkewajiban memberikan pencerdasan politik kepada publik. Tawaran-tawaran ide untuk membangun harus berangkat dari permasalahan daerah pilihnya untuk diberikan solusi kongkrit,” ujar Oky.

Hal ini, lanjutnya, menegaskan para kandidat paham akan masalah dan mengetahui permasalahan di dapilnya, serta cerdas dalam memberikan problem solving terhadap masalah tersebut. Sehingga masyarakat tidak hanya terarah atau bahkan diarahkan pada stigma bahwa setiap pemilihan umum hanya berbicara tentang uang dan money politics saja, tapi juga soal kepentingan aspiratif dan pembangunan daerah domisilinya.

“Kondisinya sekarang adalah yang membuat masyarakat jenuh dan apatis adalah kurangnya inovasi serta fenomena kandidat ‘asal comot’ untuk memenuhi kouta administratif partai. Hal ini juga merupakan kritik bahwa partai kurang melakukan kaderisasi dan hanya fokus pada orientasi kemenangan,” tandas Oky.

Baca Intimidasi ASN Dinkes ke Wartawan, Cerminan Premanisme

“Saya sederhanakan mungkin nanti ada harapan kita menemukan fenomena para calon legislatif di Bengkulu ini dikumpulkan oleh masyarakat dapilnya untuk diuji ide gagasan serta kelayakan untuk menjadi perwakilannya, membuka ruang publik secara langsung dan bertatap muka untuk mengkritisi dan menyampaikan aspirasi ke depan dari multi kandidat,” usul Oky.

Hal ini kemudian, sambungnya, bisa menjadi referensi publik untuk menilai dan memilih yang terbaik untuk membangun daerahnya. Atau kemudian paling tidak dapat menghasilkan kontrak politik, dan ini menurut Oky, lebih baik dari kampanye yang tidak substantif seperti mengundang artis ibukota untuk joget dan bernyanyi bersama.

“Terakhir, kita mengakui bahwa publik telah ‘calak’ (pandai) dalam berpolitik, tetapi masih saja tentu kalah ‘calak’ dengan politisi. Semoga saja ke depan kita tidak saling mencalak’i tapi saling melakukan upaya pencerdasan di dalam proses politik di alam demokrasi kita ini,” demikian Oky. (Red)

Baca Saran untuk Rohidin: Lebih Baik Fokus Kerja, Daripada Ikut-ikutan Dukung Capres

BACA LAINNYA


Leave a comment