Membaca Arah PDIP di Pilgub Bengkulu

Rahiman Dani

GARUDA DAILY – Konstelasi politik jelang pendaftaran bakal calon Gubernur Bengkulu terus berdinamika, demikian pula arah dukungan parpol yang nampak semakin sulit diprediksi, terutama PDIP yang notabene-nya menyandang gelar partai pemenang pada pemilu lalu.

Partai besutan Megawati ini memiliki tujuh kursi di DPRD Provinsi Bengkulu yang sekaligus menjadi modal yang sangat representatif untuk menjadi aktor utama dalam menentukan komposisi balon gubernur dan wagub di Pilkada Serentak 2020.

Kabar terakhir, PDIP akan bersama-sama dengan Ahmad Hijazi, dengan menempatkan kadernya Dadang Mishal sebagai cawagub, walaupun keduanya belum mengantongi rekomendasi resmi dari PDIP. Namun, kabar itu menjadi liar setelah beberapa pihak memprediksi PDIP akan berlabuh ke pangkuan Bupati Lebong Rosjonsyah yang juga kader PDIP.

Melihat kondisi ini, Pengamat Politik dari Unihaz Rahiman Dani mengatakan, tidaklah sulit membaca arah dukungan PDIP di pilgub mendatang sebab manuver PDIP sudah nampak mengerucut pada satu kemungkinan saja yaitu menempatkan kader pada posisi wakil gubernur.

“PDIP akan cenderung menempatkan kadernya di posisi wakil karena sejauh ini PDIP tidak memunculkan satu nama pun untuk posisi calon gubernur, walaupun di awal-awal nama Rosjonsyah sempat digadang-gadang akan maju BD 1 melalui PDIP tapi sinyal itu sudah nampak surut. Kondisi ini sebenarnya sangat disayangkan karena PDIP selaku partai pemenang pemilu harusnya menampilkan kandidat utama (calon gubernur),” kata Rahiman.

Apabila PDIP bargaining dengan posisi wakil, lanjut Rahiman, yang paling mungkin untuk mengantongi tiket dari PDIP hanya dua nama, yaitu Dadang Mishal dan Rosjonsyah. Kedua nama ini selain menyandang predikat kader juga sangat kapabel untuk posisi wakil gubernur.

“Dadang Mishal selain kader militan juga memiliki kedekatan emosional yang baik dengan Ketum PDIP, Ibu Mega. Kita tahu istri beliau juga menjabat Ketua DPD PDIP, tentu selain faktor hubungan emosional yang kuat itu, personal Dadang juga sangat mumpuni sehingga sangat mungkin PDIP menempatkan Dadang untuk posisi wakil,” bebernya.

Namun, Dadang tidak memiliki pengalaman yang kuat di birokrasi dan pemerintahan, sehingga harus diperhitungkan secara matang dengan siapa Dadang akan dipasangkan. Sedikit berbeda dengan Rosjonsyah yang sudah sangat berpengalaman di pilkada karena sudah menjabat dua kali sebagai bupati.

“Dadang memiliki kapasitas dan kapabilitas yang baik terutama faktor kader dan hubungan emosional tapi minus pengalaman, sebaliknya Rosjonsyah unggul dari sisi pengalaman. Namun, yang paling penting bagi PDIP adalah menjaga ritme menang pemilu yang harus menjadi faktor utama dalam menentukan kader mana yang akan diajukan sebagai wakil. Partai ini di dua pemilu terakhir selalu menjadi pemenang, apabila kalah pilgub akan turut berdampak pada pemilu selanjutnya, dan juga mempengaruhi kondisi PDIP di nasional,” tuturnya.

Terkait, apakah PDIP akan melakukan lompatan serius dengan mengajukan calon gubernur sendiri, menurut Alumni Doktor Ilmu Politik Airlangga ini, sangat minim akan terjadi karena dari awal PDIP tidak menunjukan sinyal-sinyal ke arah itu.

“Saya pikir apapun dinamikanya PDIP akan clear pada posisi wakil, terkait dengan siapa kader mereka akan dipasangkan itu masih sangat dinamis, bisa dengan Ahmad Hijazi, Agusrin M Najamudin, atau petahana Rohidin Mersyah, untuk posisi wakil saya pikir tidak ada tawar-menawar, pasti mereka (PDIP) menyodorkan kader,” tandas Rahiman. (Red)

Comments (0)
Add Comment