Sejarah Jalan Tol Bengkulu dan Peran Rohidin Mersyah

PILKADA 2020 - Rabu, 18 November 2020

Konten ini di Produksi Oleh :

GARUDA DAILY – Lima hari yang lalu, Fanpage Info Seputar Jokowi membagikan informasi progres pembangunan Jalan Tol Bengkulu-Taba Penanjung yang sudah mencapai 52,50 persen. Pekerjaan tersebut merupakan pekerjaan tahap 1 untuk pembangunan jalan tol yang terhubung dengan Kota Lubuklinggau Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel). Untuk tahap 1 sepanjang 17,6 kilometer ditargetkan rampung pada tahun 2021. Dari total keseluruhan pekerjaan sepanjang 95,8 kilometer, yang ditargetkan selesai 2022.

“Kerja Nyata, Tol Bengkulu-Taba Penanjung sudah mencapai 52,50%

Alhamdulillah, Puji Tuhan, berkat doa dan dukungan kita semua.

Pengerjaan jalan tol trans Sumatera, Bengkulu – Lubuk Linggau Sumatera Selatan, pada tahap satu yakni Kota Bengkulu – Taba Penanjung Kabupaten Bengkulu Tengah sudah mencapai 52,50 persen.

target pengerjaan jalan tol tahap pertama Kota Bengkulu – Taba Penanjung Kabupaten Bengkulu Tengah sepanjang 17,6 kilometer ini selesai pada 2021 mendatang.

Sedangkan secara keseluruhan pengerjaan jalan tol yang menghubungkan Provinsi Bengkulu dengan Kota Lubuk Linggau, Provinsi Sumatera Selatan sepanjang 95.8 kilometer ini ditargetkan selesai pada 2022 mendatang.

Ruas tol ini merupakan bagian dari pembangunan jalan tol trans sumatera koridor Palembang – Bengkulu yang terdiri dari ruas tol Sp. Indralaya–Muara Enim (119 km), ruas tol Muara Enim–Lubuk Linggau (114,5 km) dan ruas tol Lubuk Linggau–Bengkulu (95,8 km).” tulis akun @fosein – Info Seputar Jokowi, yang turut menyertakan sejumlah foto progres pengerjaannya.

Progres Jalan Tol Bengkulu-Lubuklinggau (Info Seputar Jokowi/@garudainfrastructure)

Jalan Tol dan Pilgub Bengkulu

Jalan Tol Bengkulu-Lubuklinggau yang menjadi bagian dari Trans Sumatera ini menjadi salah satu isu menarik yang kerap diperdebatkan di panggung Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur (Pilgub) Bengkulu 2020. Jalan tol melekat dengan Calon Petahana Rohidin Mersyah. Suka atau tidak suka jalan tol di Bengkulu baru ada di era kepemimpinannya. Hal itu juga yang memantik perdebatan, sebab jalan tol merupakan proyek Pemerintah Pusat dan ada anggapan Rohidin tidak berhak untuk mengklaim jalan tol sebagai salah satu ‘jualan’ politiknya.

Sementara Rohidin menjadikan isu konektivitas sebagai sesuatu yang harus diperjuangkan ‘habis-habisan’. Karena baginya, permasalahan besar yang mendera Bengkulu adalah terisolirnya Bengkulu dengan provinsi-provinsi tetangga. Oleh sebab itu, konektivitas antar daerah dan wilayah harus dibuka, agar akses ekonomi terbuka, Bengkulu harus terhubung langsung dengan wilayah di kawasan tengah Pulau Sumatera. Tak hanya jalur darat, laut dan udara pun sama pentingnya, dengan mengintegrasikannya ke Pelabuhan Pulau Baai.

Di Debat Terbuka Antar Paslon Gubernur dan Wakil Gubernur Bengkulu 2020, Senin, 9 September 2020, Rohidin optimis, di periode kedua kepemimpinannya nanti Pulau Baai akan menjadi pintu gerbang ekonomi Bengkulu, dan juga kawasan tengah Pulau Sumatera. Konektivitas antar wilayah yang melibatkan banyak stakeholder terus dilanjutkan dan ditargetkan tuntas.

“Pengembangan kawasan Pelabuhan Pulau Baai yang terintegrasi dengan Bandara Fatmawati dan ditunjang dengan Lapangan Udara Angkatan Laut, dan terkoneksi dengan jalan tol kawasan tengah Sumatra, ini memastikan bahwa Pulai Baai akan menjadi pintu gerbang ekonomi Bengkulu dan kawasan tengah Pulau Sumatera,” ujarnya.

Rohidin Mersyah saat Rapat Kerja bersama Presiden Joko Widodo/net

Sejarah Jalan Tol

Jalan Tol Bengkulu-Lubuklinggau merupakan salah satu dari ratusan Proyek Strategis Nasional (PSN) pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo yang dianggap strategis dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi, pemerataan pembangunan, kesejahteraan masyarakat, dan pembangunan di daerah.

PSN diatur melalui Peraturan Presiden (Perpres), sementara pelaksanaan proyeknya dilakukan secara langsung oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan/atau badan usaha serta Kerja sama Pemerintah Badan Usaha (KPBU), dengan mengutamakan penggunaan komponen dalam negeri. Landasan hukum dari Proyek Strategis Nasional adalah Perpres Nomor 3 Tahun 2016, yang direvisi menjadi Perpres Nomor 58 Tahun 2017, dan Perpres Nomor 56 Tahun 2018.

Namun pada Perpres Nomor 3 Tahun 2016, Jalan Tol Bengkulu-Lubuklinggau belum masuk PSN. Barulah pada Perpres Nomor 58 Tahun 2017, Jalan Tol Bengkulu-Curup-Lubuklinggau sepanjang 95 kilometer yang menghubungkan Provinsi Bengkulu dengan Provinsi Sumatera Selatan adalah bagian dari Trans Sumatera, dan masuk menjadi salah satu dari proyek strategis Jokowi.

Bahkan meski perpres kembali direvisi menjadi Perpres Nomor 56 Tahun 2018, Jalan Tol Bengkulu-Lubuklinggau tetap dinilai strategis oleh Jokowi sehingga tidak dicoret dalam daftar PSN seperti proyek-proyek yang telah dikeluarkan dari pekerjaan infrastruktur strategis. Kendati tahapannya baru dimulai pada 2019 dan dikerjakan pada tahun 2020, hingga saat ini progresnya sudah mencapai 52,50 persen (Tahap 1).

Rohidin Mersyah saat menyambut kedatangan Presiden Joko Widodo di Bumi Rafflesia/net

Peran Rohidin

Gubernur Sumsel pada akhir Juni lalu pernah mengatakan bahwa terwujudnya Jalan Tol Bengkulu-Lubuklinggau atas dasar permintaan Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah. Hal itu disampaikannya saat menerima kunjungan Rohidin dan rombongan dari Pemerintah Provinsi Bengkulu terkait penguatan konektivitas. Dengan membuka jalan baru yang mengubungkan Kabupaten Seluma dan Kabupaten Empat Lawang, Sumsel. Serta peningkatan ruas jalan yang menghubungkan Kaur dengan OKU Selatan lewat Muara Sahung.

“Jadi saya melihat langkah Pak Gubernur Bengkulu, saya bangga, sebagai saudara saya bangga. Barulah ada jalan Trans Sumatera yang namanya tol ini atas permintaan gubernurnya yakni Pak Rohidin Mersyah. Pak presiden menyetujui dan muaranya di Sumsel,” kata Herman Daru waktu itu.

Soal tudingan klaim yang dialamatkan ke Rohidin, Sekretaris DPW PKS Provinsi Bengkulu Alamsyah justru melihat terbangunnya sinergisitas antara Pemerintah Pusat dengan pemerintah provinsi di bawah kepemimpinan Rohidin. Menurutnya, jalan tol tidak akan pernah ada kalau pemerintah provinsi sebagai perpanjangan tangan pemerintah pusat tidak maksimal.

“Saya kira tidak salah juga, karena begini, sekarang tidak bisa kita elakkan bahwa posisi Pak Rohidin adalah gubernur dan proses pembangunan dilaksanakan saat dia menjabat sebagai gubernur. Saya kira ketika ada klaim bahwa itu dibangun di masa Rohidin, tidak ada yang salah, terlepas ini ide siapa, kerja siapa, tapi poinnya adalah berarti ada sinergisitas antara pemerintah pusat dengan pemerintah provinsi. Saya kira kalaupun ini program digulirkan dari pemerintah pusat, tapi pemerintah provinsinya tidak memfasilitasi juga tidak bisa maksimal. Karena segala sesuatu ada jalur-jalur persamaan komunikasi dalam membangun daerah,” terangnya.

Dan bagi Alamsyah sah-sah saja ketika Rohidin mengklaim pembangunan jalan tol ada di eranya. Kendati ada yang mengatakan bahwa itu programnya Pemerintah Pusat atau programnya presiden yang diklaim.

“Saya kira itu tadi jawabannya, mau tidak mau saat ini Rohidin berada di posisi gubernur, dan proses pembangunan itu ada di masa beliau menjadi gubernur. Saya kira sama misalnya ada pembangunan jalan, kepala daerah membuat jalan, padahal itu jalan provinsi, jalan nasional, tapi dibangun pada saat ini menjadi kepala daerah, pasti dia klaim ini jalan saya, saya kira sah-sah saja. Karena semua orang tidak punya perspektif yang sama terhadap sesuatu, tinggal kita berada di posisi yang mana melihat sesuatu itu,” tukasnya.

Lebih lanjut dijelaskan Alamsyah, segala sesuatu butuh perencanaan dan perencanaan itu butuh waktu, termasuk ketika akan mengeksekusi, bagaimana pemimpin menggunakan teknik lobinya. Wakil Ketua I DPRD Kota Bengkulu tak menampik, siapapun nanti yang melanjutkan kepemimpinan, apakah dilanjutkan atau terjadi transformasi, pembangunan jalan tol akan tetap berjalan. Salah satu yang menjadi entry pointnya adalah nilai-nilai kebaikan, dan harus dipahami semua pihak bahwa Rohidin telah memulainya.

“Memulai butuh energi yang sangat besar, kalau memulai misal membuat akses dan segala macam, di situlah kita menghitung nilai-nilai kebaikan yang kita bisa anggap positif. Karena memulai dengan membuka akses jalan, berkomunikasi dengan pihak-pihak yang berwenang, kemudian mencari anggaran untuk melaksanakannya, dan membangun itu butuh waktu yang panjang,” ujarnya.

Seperti Jalan Tol Bengkulu-Lubuklinggau, pasti ada tahapan-tahapannya dan tahapan itu memakan waktu yang sangat panjang.

“Memang tidak akan bisa kita lihat dalam satu rangkuman waktu yang cepat, tapi biasanya dia akan terlihat dalam beberapa tahun yang akan datang. Artinya apa, sekarang beliau (Rohidin) sudah memulai konektivitas dari semua lini, dan hasilnya tidak sekarang, bisa jadi tahun depan baru bisa kita nikmati. Dan bisa kita nikmati dengan sempurna di beberapa tahun yang akan datang, baik itu jalan tol maupun jalur-jalur lain dengan provinsi tetangga,” kata Alamsyah.

Dari penjelasannya itu, ia menegaskan ada peranan besar yang dilakukan Rohidin sehingga terwujudnya pembangunan Jalan Tol Bengkulu-Lubuklinggau.

“Saya katakan salah satu yang memiliki history dan sejarah salah satunya beliau yang berada di posisi itu, untuk mendorong jalan tol itu untuk dibangun. Artinya beliau salah satu dari sekian banyak instrumen yang berjasa terhadap terbukanya akses jalan tol itu,” demikian Alamsyah.

Penulis: Doni S/dari berbagai sumber

BACA LAINNYA


Leave a comment