Nasib Dunia Pendidikan di Masa Pandemi Covid-19

LITERASI - Sabtu, 13 Juni 2020

Konten ini di Produksi Oleh :

Oleh: Sukamdani, M.Pdi/Tokoh Muda Pendidikan Bengkulu*

Hampir semua negara-negara di dunia menghadapi ancaman virus yang sangat mengancam keberlangsungan hidup manusia saat ini. Kondisi itu membuat semua sektor tatanan kehidupan masyarakat suatu bangsa menjadi tidak menentu. Akibat penularan virus yang sangat cepat, tak terkecuali dunia pendidikan, hampir seluruh kampus di dunia tidak bisa menjalankan aktivitas perkuliahan seperti biasa.

Sekolah-sekolah mulai dari PAUD, SD, SMP, hingga SMA tidak bisa menjalankan proses belajar di dalam ruang kelas. Berbagai metode ditawarkan agar proses perkuliahan dan pembelajaran bisa tetap berjalan di tengah wabah. Meski hingga saat ini belum ada metode yang memadai dalam menjalankan aktivitas pembelajaran yang efektif dan efisien, untuk keberlangsungan pendidikan yang berkualitas di tengah wabah Covid-19.

Sudah hampir 3 bulan para siswa/siswi belajar secara daring/online, barangkali untuk para guru dan siswa di perkotaan tidak terlalu banyak mengalami kendala dalam menerapkan proses kegiatan belajar mengajar melalui daring/online tersebut. Namun bagi sekolah yang berada di pelosok-pelosok desa tentu kegiatan belajar mengajar secara daring ini banyak mengalami kendala, terutama akses internet dan fasilitas pembelajaran lainnya. Karena sistem pembelajaran secara online menuntut siswa belajar secara mandiri serta membutuhkan fasilitas dan sumber daya yang memadai.

Tidak sedikit sekolah yang tidak bisa menjalankan metode pembelajaran jarak jauh tersebut, ada banyak sekolah yang meliburkan proses pembelajaran selama wabah Covid-19. Di sisi lain orang tua sangat berharap anak-anaknya bisa menjalankan aktivitas belajar seperti sedia kala. Tapi ada kekhawatiran terhadap penyebaran virus ini ke anak-anak mereka, para orang tua dituntut utuk menjadi mentor bagi anak-anak di rumah, hal ini mungkin bisa turut membantu suksesnya pembelajaran secara daring.

Namun persoalannya tidak semua orang tua punya kapasitas dan waktu untuk membantu anak-anaknya belajar. Entah apa yang akan terjadi nanti terhadap pendidikan kita, pemerintah dituntut untuk bisa mencari formula bagaimana dunia pendidikan kita bisa berjalan dengan baik dan berkualitas.

Memang proses pembelajaran PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) bisa menjadi solusi, meskipun masih dipandang kurang efektif dan ada konsekuensi bagi orang tua yang berpenghasilan menengah ke bawah. Karena harus didukung dengan fasilitas, semisal handphone android atau laptop, belum lagi harus mengeluarkan biaya akses internet, status kuota internet harus dipertimbangkan, juga persoalan di daerah-daerah yang akses internetnya belum terjangkau.

Tentu nanti ada ketimpangan antara sekolah yang berada di perkotaan dan di pedesaan, ada daerah yang tidak memiliki akses internet sama sekali. Ini semua juga harus menjadi pertimbangan yang mesti diperhatikan oleh pemerintah. Andaipun semua ini nanti diberlakukan, harus dilakukan dengan cermat dan dengan catatan kurikulum yang jelas, serta perlu penyederhanaan kurikulum pendidikannya.

Sebenarnya guru lebih cenderung mengajar bertatap muka dari pada daring, karena kebiasaan selama ini yang mereka lakukan belajar dengan tatap muka, baik di kelas maupun di luar ruang kelas. Sangat tidak mungkin institusi pendidikan bisa menciptakan karakter siswanya jika pembelajaran tidak dengan bertatap muka. Sementara konsep pembelajaran secara daring ini masih dipandang baru oleh para guru, tentu banyak mengalami kendala khususnya bagi sekolah-sekolah yang berada di pelosok, pembelajaran secara daring/Online sangat tidak efektif.

Di beberapa daerah pembelajaran secara daring ini tidak bisa diterapkan sama sekali, guru menggantikan pembelajaran dengan memberikan tugas kepada siswa per minggunya. Sungguh sesuatu yang berat harus dikerjakan guru, karena harus mengantarkan lembaran tugas ke rumah siswa untuk dikerjakan di rumah.

Harapan kita semua adalah jangan sampai nasib pendidikan generasi bangsa diabaikan di masa pandemi Covid-19 ini. Karena pendidikan sama pentingnya juga dengan kesehatan dan ekonomi. Kesemuanya berdampak pada kesejahteraan masa depan anak. Selanjutnya perlu juga kita pikirkan dampak psikis bagi anak ketika proses belajar di rumah terus menerus, ketika tidak ada kegiatan-kegiatan positif yang dilakukan.

Jika nanti sekolah-sekolah dibuka oleh pemerintah maka harus ada kematangan kesiapan sekolah melaksanakan New Normal dengan protokol kesehatan. Karena membuka sekolah di masa pandemi adalah pertaruhan besar bagi kita semua. Jika harus belajar secara daring maka hal-hal seperti fasilitas akses internet dan biaya penggunaan data internet harus menjadi pertimbangan bagi pemerintah.

Walau bagaimanapun kondisinya reformasi pendidikan memang harus dilakukan di tengah pandemi. Karena menyangkut persoalan kualitas pendidikan serta hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak bagi anak bangsa, sebagaimana telah dimandatkan dalam UUD 1945. Semoga Covid-19 secepatnya bisa teratasi oleh bangsa kita.

*Penulis adalah Peraih Penghargaan DAAI Inspiration Award Bidang Pendidikan 2018 dan Peraih Penghargaan Pemuda Inspirasi Bidang Pendidikan 2019 oleh Bengkulu Youth Forum

BACA LAINNYA


Leave a comment