Menilik Kesiapan Pelabuhan Pulai Baai Menyambut KEK

NEWS - Selasa, 18 Juni 2019

Konten ini di Produksi Oleh :

GARUDA DAILY – Provinsi Bengkulu tengah menyongsong era baru di sektor perekonomian, setelah Pemerintah Provinsi Bengkulu dan PT Pelindo II sepakat untuk memperjuangkan Pelabuhan Pulau Baai menjadi Integrated Port dengan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).

Jika terwujud, KEK Pulau Baai diprediksi akan memberikan dampak ekonomi besar, tidak hanya bagi Bengkulu itu sendiri, namun juga nasional, khususnya di sektor ekspor. Dampak ekonomi tersebut antara lain, meningkatnya pertumbuhan ekonomi Bengkulu dan terbukanya pintu masuk ekspor nasional.

Apa itu KEK? KEK adalah kawasan dengan batas tertentu yang tercakup dalam daerah atau wilayah untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu. KEK dikembangkan melalui penyiapan kawasan yang memiliki keunggulan geoekonomi dan geostrategi, serta berfungsi untuk menampung kegiatan industri, ekspor, impor, dan kegiatan ekonomi lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan daya saing internasional.

Pada dasarnya KEK dibentuk untuk membuat lingkungan kondusif bagi aktivitas investasi, ekspor, dan perdagangan guna mendorong laju pertumbuhan ekonomi serta sebagai katalis reformasi ekonomi. Untuk ide ini diinspirasi dari keberhasilan beberapa negara yang lebih dulu mengadopsinya, seperti Tiongkok dan India.

Bahkan data-data empiris melukiskan bahwa KEK di negara tersebut mampu menarik para investor, terutama investor asing untuk berinvestasi dan menciptakan lapangan kerja. Hal itu tak lain karena kemudahan yang didapat para investor di berbagai bidang.

Baca juga Ini Dampak Ekonomi Terwujudnya KEK Pulau Baai

Di Indonesia saat ini, telah ada 12 KEK, fokus dengan sektornya masing-masing, sesuai dengan potensi yang dimiliki daerah tersebut. Antara lain:

  1. Tanjung Lesung, Pandeglang, Banten –> Sektor Pariwisata
  2. Sei Mangkei, Simalungun, Sumatera Utara –> Sektor Industri Hilirisasi Kelapa Sawit dan Karet, Logistik, Energi, Aneka Industri dan Pariwisata
  3. Kota Palu, Sulawesi Tengah –> Sektor Industri Pertambangan (Nikel, Biji Besi, Emas), Industri Pengolahan Kakao, Karet, Rotan, dan Rumput Laut, Industri Manufaktur Alat Berat, Otomotif, Elektrik dan Elektronik, serta Logistik
  4. Bitung, Sulawesi Utara –> Sektor Industri Perikanan dan Industri Pengolahan Agro (Kelapa dan Tanaman Obat), dan Logistik
  5. Pulau Morotai, Maluku Utara –> Sektor Industri Pengolahan Ikan, Manufaktur, Logistik, dan Pariwisata
  6. Tanjung Api-api, Banyuasin, Sumatera Selatan –> Sektor Industri Karet dan Kelapa Sawit, Industri Petrokimia meliputi Gasifikasi Batubara dan Ethanol
  7. Mandalika, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat –> Sektor Pariwisata seperti Hotel, Resort, MICE and Agro-Industry and Eco-Tourism
  8. Maloy Batuta Trans Kalimantan (MBTK), Kutai Timur, Kalimantan Timur –> Sektor Industri Kelapa Sawit dan Logistik
  9. Arun Lhokseumawe, Aceh –> Zona Pengolahan Ekspor, Zona Logistik, Zona Industri, Zona Energi dan Zona Pariwisata

Berdasarkan di atas menunjukkan bahwa Bengkulu sangat siap untuk menjadi KEK baru di republik ini, sebab Bengkulu memiliki potensi yang sama besarnya, baik itu dari sektor perkebunan, pertanian, tambang, dan juga pariwisata.

Baca juga Ditunjang Empat Faktor ini, KEK Pulau Baai Layak Direalisasikan

Gubernur Bengkulu saat mengikuti panen raya kopi di Kabupaten Kepahiang. Kopi merupakan komoditi unggulan di Bengkulu

Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah sendiri dalam beberapa kesempatan menyebutkan setidaknya ada enam komoditas unggulan di Provinsi Bengkulu, yakni kopi, batu bara, sawit, karet, perikanan dan panas bumi.

Lantas seperti apa kesiapan Pelabuhan Pulau Baai menyambut KEK? Pelabuhan Pulau Baai memiliki lahan yang terintegrasi seluas 1.200 hektare, PT Pelindo siap mengalokasikan 450 hektare untuk KEK. Infrastruktur pelabuhan pun sudah disiapkan, seperti Terminal Curah Kering, Terminal Curah Cair, Terminal Khusus Hewan, dan infrastruktur pendukung lainnya. Kesemuanya siap untuk mensupport KEK Pulau Baai.

Saat ini di Bengkulu juga sedang dibangun PLTU dengan kapasitas 2×100 MW. Kemudian didukung keberadaan Bandara Fatmawati yang sudah dikelola PT Angkasa Pura II, dan hanya berjarak sekitar 15 Km saja dari pelabuhan, atau 10-15 menit perjalanan. Belum lagi dengan jalan tol yang mengubungkan Bengkulu dengan Sumatera Selatan, yang proyeknya segera berjalan.

Selain itu, di Bengkulu juga akan berdiri pabrik minyak sawit, Gubernur Rohidin juga sudah melakukan penandatanganan MoU antara PT Sudevam Ultratec Green Indonesia dan Pemerintah Provinsi Bengkulu tentang pemenuhan permintaan Minyak Goreng Kelapa Sawit untuk Provinsi Bengkulu. Orang nomor satu di Provinsi Bengkulu ini pun menyebutkan telah ada 6-7 investor yang siap masuk untuk mengembangkan Pelabuhan Pulau Baai.

Selanjutnya, langkah-langkah strategis juga terus dilakukan Pemprov Bengkulu untuk mengoptimalkan geliat investasi, seperti mempermudah perizinan, penyajian data peluang investasi hingga penyiapan SDM yang memadai.

Dari sisi perizinan, dengan telah mengaplikasikan sistem perizinan terpadu daring/Online Single Submission (OSS). Sebuah sistem berbasis teknologi informasi yang menghubungkan sistem pelayanan perizinan terpusat di Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Kemudian dalam rangka memberikan kenyamanan kepada para calon investor yang hendak menanamkan investasinya, pemprov juga menyediakan ruang konsultasi pendampingan yang memperbolehkan investor mempersiapkan investasinya.

Sejumlah catatan di atas menunjukkan bahwa Bengkulu siap menjadi KEK Baru di Indonesia.

Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah saat mengunjungi Pabrik Sawit di Kabupaten Bengkulu Selatan. Sawit adalah salah satu komoditi unggulan yang dimiliki Bengkulu
BACA LAINNYA


Leave a comment