Membumikan Neron, Ngopi Gratis Setiap Minggu Pagi

NEWS - Rabu, 14 November 2018

Konten ini di Produksi Oleh :

Posted on 14/11/2018

GARUDA DAILY – Sejak dua bulan lalu, Dedy Suryadi yang akrab disapa Sucenk Bae bersama rekan-rekannya yang tergabung dalam Komunitas Tobo Berendo, dibantu dengan Forum Pemuda Pemudi Bengkulu, rutin menyediakan kopi neron secara gratis setiap hari Minggu pagi, di objek wisata Danau Dendam Tak Sudah.

Hal ini dilakukan sebagai upaya merawat tradisi dan membumikan Neron, khususnya di kalangan warga masyarakat Kota Bengkulu.

Melalui Neron gratis ini, diharapkan masyarakat akan lebih peduli dengan salah satu cagar alam Bengkulu yang besar kemungkinan akan menjadi Taman Wisata Alam (TWA) ini. Di samping itu, dimaksudkan juga agar ke depan masyarakat bisa lebih menghargai dan ikut melestarikan kearifan lokal yang dimiliki Bengkulu.

“Itu bagaimana masyarakat peduli, dalam artian menjadi sadar wisata terhadap lingkungan, selain itu kita juga mendukung program Wonderful 2020, ditinjau dari adanya tema tradisi yang kita angkat di situ (tradisi neron),” kata Sucenk sembari memperlihatkan proses pembuatan kopi neron, Selasa 13 November 2018.

Untuk itu, Sucenk dan Tobo Berendo mengundang seluruh warga masyarakat Bengkulu serta rekan-rekan komunitas lainnya berwisata ke Danau Dendam Tak Sudah sembari Neron.

Apakah kemudian juga akan mengundang khusus para pejabat pemerintahan Bengkulu?

“Kita lihat dulu bagaimana kesiapan dari kawan-kawan panitia untuk mengundang mereka itu (pejabat pemerintah), dan juga kita jangan sampai yang dalam bahasanya belum melakukan apa-apa sudah minta kontribusi dengan pemerintah, melainkan sekarang kita berjalan dulu lah semampu kita. Kalau koordinasi dengan pemerintah kemarin itu katanya Pak Gub (Rohidin Mersyah) sudah siap,” ungkapnya.

Neron gratis setiap Minggu pagi akan menginjak Minggu kesembilan, Sucenk dan rekan-rekan komunitas berkomitmen tidak akan berhenti untuk terus memperkenalkan tradisi ini secara luas, bahkan tidak hanya ke warga masyarakat Bengkulu, ataupun wisatawan yang berkunjung ke Danau Dendam Tak Sudah.

Neron gratis, ngopi ngeteh buat sendiri sesuka hati, setiap Minggu pagi, di Danau Dendam Tak Sudah/Foto Fb Sucenk Bae

Baca juga Merawat Tradisi Neron

Untuk diketahui, Neron merupakan nama seseorang yang tinggal di wilayah Dusun Besar, yang pekerjaan sehari-harinya adalah sebagai peramu gula merah. Setiap hari dia menyisakan gula merah untuk dinikmati bersama-sama secara gratis. Selanjutnya Neron sempat berubah makna, menjadi sebuah kepedihan.

“Neron berubah makna, Neron lebih pengenalan minum teh dari daun kopi, sambil menggigit gula merah, pada zaman penjajahan Kolonial Inggris. Zaman tanam paksa kopi, dimana penduduk dilarang makan buah kopi, hanya daunnya saja yang diperbolehkan,” ungkap Sucenk.

Keluar dari zaman kepedihan, Tradisi Neron dimaknai sebagai perayaan kemenangan, dengan ngopi ngeteh bersama sembari berbagi cerita dan gratis. Kini Sucenk dan penggiat wisata yang tergabung ke dalam Komunitas Berendo ini berinisiatif menghidupkan kembali tradisi tersebut di Danau Dendam Tak Sudah.

“Kita kembalikan lagi ke sebuah peristiwa budaya yang kita angkat, bagaimana secara sejarah Neron itu gratis, dari sejarah pertamanya adalah ketika dia membuat gula merah terus disisakan untuk diminum bersama. Itu kita mulai hadirkan Neron gratis setiap hari Minggu di Danau Dendam, akan rutin dan seterusnya, yang kita undang seluruh masyarakat Kota Bengkulu, untuk bagaimana kita mempunyai destinasi wisata Danau Dendam Tak Sudah, sebagai masyarakat yang sadar akan wisata membantu peran pemerintah,” kata Sucenk.

Ke depan Neron ditargetkan menjadi ikon wisata di Danau Dendam Tak Sudah, selain Anggrek Pensil.

“Targetnya Neron akan menjadi sebuah ikon, karena dalam sebuah cakupan wilayah wisata itu ada ikon yang ditonjolkan, nah kita masukkan Neron menjadi ikon Danau Dendam Tak Sudah. Selain ikon Danau Dendam adalah Anggrek Pensil, kita juga mengangkat sebuah tradisi yang hadir di sini,” harap Sucenk.

“Dengan Neron menjadi ikon, harapan kita Neron hanya ada di Danau Dendam, setiap pengunjung kita giring merasakan kekhasan Neron, jadi wisatawan tidak hanya menikmati keindahan Danau Dendam Tak Sudah saja, tapi merasakan sesuatu yang berbeda,” lanjut Sucenk.

Tak hanya itu, alat peracik kopi, gelas dan peralatan lainnya yang terbuat dari batok kelapa, yang menjadi ciri khas Neron akan dijadikan souvenir.

“Ini akan kita jadikan semacam souvenir, ketika ada tamu dari luar dia itu membawa Neron (ole-ole) ke kampungnya, bukan hanya membawa cerita tapi bukti bahwa ada sebuah tradisi di Kota Bengkulu,” ujar Sucenk, yang juga menyampaikan hal ini masih menjadi problem karena kesulitan mencari bahan (batok kelapa khusus) untuk produksi souvenir. [Nd3]

BACA LAINNYA


Leave a comment