KEK Pulau Baai dan Bengkulu sebagai Pusat Perdagangan Abad 17

NEWS - Senin, 24 Juni 2019

Konten ini di Produksi Oleh :

GARUDA DAILY – Pemerintah Provinsi Bengkulu tengah gencarnya memperjuangkan Pelabuhan Pulau Baai menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Bukan tanpa alasan, KEK Pulau Baai diyakini mampu menjadikan Bengkulu sebagai tujuan investasi masa depan. Hal ini semakin diperkuat dengan hasil penelusuran sejarah yang menyebutkan Bengkulu sebagai pusat perdagangan pada abad ke-17. Ya bisa jadi, KEK Pulau Baai salah satu upaya Pemprov Bengkulu untuk mengembalikan kejayaan tersebut.

Berdiri di bagian barat daya Pulau Sumatera, Bengkulu menjadi provinsi yang berkembang cukup lambat ketimbang provinsi lainnya. Keterisoliran, salah satu penyebab utamanya. Oleh sebab itu menjadi logis ketika Pemprov menjadikan pengembangan infrastruktur salah satu dari lima program prioritas, untuk membuka keterisoliran tersebut. Bengkulu yang saat ini dipimpin Gubernur Rohidin Mersyah pun dalam beberapa tahun terakhir gencar membuka konektivitas antar wilayah ke pusat.

Alhasil, melalui program strategis nasional, pembangunan jalur rel kereta api, pengembangan Bandara Fatmawati Soekarno dan jalan tol Bengkulu-Sumatera Selatan hadir di Bumi Rafflesia, yang didukung sejumlah program infrastruktur menggunakan APBD Provinsi Bengkulu dan sinergisitas dengan Pemerintah Kabupaten/Kota. Dan pengembangan infrastruktur ini juga untuk mendukung KEK Pulau Baai.

Kembali ke abad 17, Bengkulu merupakan wilayah yang di dalamnya berdiri kerajaan-kerajaan, seperti Kerajaan Sungai Serut, Selebar, Pat Petulai, Balai Buntar, Sungai Lemau, Sekiris, Gedung Agung, dan kerajaan lainnya. Catatan sejarah juga menyebutkan Bengkulu pernah berada di bawah Kesultanan Banten. Kemudian sebagian wilayah Bengkulu, juga pernah berada di bawah kekuasaan Kerajaan Inderapura di abad ke-17.

Pada tahun 1685, British East India Company (EIC) yang dipimpin Ralph Ord dan William Cowley mendirikan pusat perdagangan lada Bencoolen/Coolen. Dalam bahasa Inggris disebutkan “Cut Land” yang berarti tanah patah. Karena Bengkulu merupakan patahan gempa bumi. Sebagai pengganti pusat perdagangan di Pelabuhan Banten yang dikuasai VOC. Tepat pada 12 Juli 1985, terjadi kesepakatan dengan Kerajaan Selebar yang memperbolehkan EIC mendirikan benteng dan gedung perdagangan.

Awalnya EIC mendirikan Benteng York di sekitar Muara Sungai Serut. Barulah pada tahun 1713 hingga 1719 Benteng Marlborough selesai dibangun dan masih berdiri sampai saat ini dan menjadikannya sebagai salah satu destinasi wisata sejarah Bengkulu.

KEK dan Bengkulu pada abad ke-17, punya semangat yang sama, yakni mengembalikan kejayaan Bengkulu sebagai pusat perdagangan. Pemerintah Provinsi Bengkulu bersama PT Pelabuhan Indonesia II (IPC) sudah mengusulkan Pulau Baai menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Ditunjang banyak faktor membuat KEK Pulau Baai diyakini mampu menjadi penggerak ekonomi di kawasan barat Pulau Sumatera.

Foto Benteng Marlborough masa lampau/Pelangibiru.net

Baca juga Ditunjang Empat Faktor ini, KEK Pulau Baai Layak Direalisasikan

Seperti Letak geografis Bengkulu yang sangat strategis sebagai jalur alternatif logistik nasional. Bengkulu diapit empat provinsi besar di Sumatera, yakni Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan dan Lampung. Sementara Pelabuhan Pulau Baai posisinya berhadapan langsung dengan Samudera Hindia. Kondisi ini memungkinkan untuk akses langsung distribusi komoditi ke luar negeri, dan tentu saja mengurangi kepadatan jalur laut di Selat Malaka.

“Pelabuhan Pulau Baai punya potensi besar. Ketika KEK terealisasi, pelabuhan ini mampu menjadi pengendali inflasi, sekaligus beranda ekonomi kawasan barat Pulau Sumatera,” tegas Rohidin optimis dalam beberapa kesempatan.

Belum lagi berbicara potensi. Provinsi Bengkulu kaya akan komoditas sumber daya alam seperti kopi, sawit, karet, sektor perikanan dan panas bumi serta berbagai potensi yang bisa dikembangkan dari lokasi Pelabuhan Pulau Baai Bengkulu yang strategis. Dari sektor batu bara, Bengkulu saat ini mampu mengekspor hingga 169 juta ton per tahunnya. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor Bengkulu pada November 2018 lalu sudah menyentuh angka 14,89 juta dolar Amerika Serikat.

Melalui KEK, Pemprov Bengkulu beserta program infrastruktur penunjang lainnya tidak hanya berbicara tentang membuka keterisoliran belaka. Namun berbicara tentang masa depan Bengkulu sebagai potensi ekonomi dan tujuan investasi, yang tentu saja memiliki banyak dampak positif lainnya bagi kita, Bengkulu.

Lihat juga video menarik Wonderful Bengkulu 2020:

BACA LAINNYA


Leave a comment