Kegigihan Nenek Isah Melawan Senjanya Usia, Demi Hidup Keluarga

NEWS - Jumat, 21 April 2017

Konten ini di Produksi Oleh :

Nenek Isah (64) tengah memperbaiki sepeda pelanggannya. Meski tidak mudah lagi, ia tetap semangat dan gigih berjuang demi hidup keluarga

GARUDA DAILY – Tidak selamanya tanggung jawab mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarga itu berada di pundak laki-laki. Hal ini terbukti dengan adanya perempuan-perempuan yang justru bekerja keras demi kehidupan keluarganya. Bahkan tidak sedikit diantaranya yang justru sudah berusia senja.

Perempuan yang sudah tidak muda lagi ini bekerja dalam berbagai profesi, diantaranya sebagai pedagang sayur di pasar, jualan ikan keliling, pembantu rumah tangga, pengasuh anak, tukang jual kue dan makanan keliling serta masih banyak lagi pekerjaan lainya.

Ironisnya, wanita-wanita tangguh ini ada yang rela dan sanggup melakukan pekerjaan yang seharusnya dikerjakan oleh kaum laki-laki.

Kegigihan Nenek Isah Melawan Senjanya Usia, Demi Hidup Keluarga by Pewarta GARUDADAILY.com Agung Wahyudi

Ya, Nenek Isah, begitu dia memperkenalkan dirinya. Meski tampak sibuk memperbaiki sepeda, ia tetap ramah menyambut Pewarta GARUDADAILY.com. Meski sudah berusia 64 tahun, Nenek Isah masih tetap semangat dan gigih menjalani profesinya sebagai tukang servis sepeda, di bengkelnya di Kelurahan Tebeng Kota Bengkulu.

Diusia yang tentu saja sudah tidak muda lagi ini, ia bekerja dengan sepenuh jiwa demi menghidupi keluarganya. Nenek Isah tak punya banyak pilihan, ia terpaksa melakukan pekerjaan yang sudah ditekuninya sejak tahun 1991 ini, Pasalnya, sang suami yang sudah berusia 84 tahun sudah tidak mampu lagi bekerja. Sementara kebutuhan sehari-hari dan biaya sekolah anak harus dipenuhi.

Oleh sebab itu, Nenek Isah rela melakukan pekerjaan yang tidak lazim dilakukan seorang perempuan. Demi memperjuangkan kelangsungan hidup keluarga dan masa depan anak-anaknya.

“Saya rela melakuan pekerjaan ini demi memenuhi kebutuhan rumah tangga dan biaya sekolah anak saya,” tutur Nenek Isah.

“Karena suami saya sudah tidak sanggup lagi untuk bekerja, ya terpaksa saya yang terjun mencari nafkah menggantikan suami untuk mencari uang buat makan dan sekolah anak saya,” ungkapnya.

Nenek Isah tidak punya pilihan lain, keahlian memperbaiki sepeda ini dia dapatkan dari suaminya yang dulu memang berpofesi sebagai tukang servis sepeda. Dan memperbaiki sepeda adalah satu-satunya keterampilan yang Nenek Isah miliki.

Apa yang dilakukan Nenek Isah, mengingatkan kita pada kegigihan Tokoh Perempuan RA Kartini, yang dalam perjuangannya membela kepentingan kaum perempuan Indonesia.

Betapa tidak, bila seorang Kartini teguh memperjuangkan emansipasi wanita, Nenek Isah gigih berjuang demi keberlangsungan hidup keluarganya.

Baik Kartini, maupun Nenek Isah, keduanya merupakan pahlawan dalam era yang berbeda. (***)

BACA LAINNYA


Leave a comment