Dadang Mishal Sebut Bengkulu Punya Potensi yang Khas dan Khusus

POLITIK - Minggu, 13 Oktober 2019

Konten ini di Produksi Oleh :

Bacagub Bengkulu Dadang Mishal bersama Presiden RI Joko Widodo

GARUDA DAILY – Politisi senior PDIP Bengkulu Dadang Mishal adalah salah satu Bakal Calon Gubernur (Bacagub) Bengkulu. Pada suatu kesempatan, ia berbicara banyak tentang prospek dan potensi Bengkulu, yang disebutnya khas dan khusus.

Potensi khas yang dimaksud Dadang adalah sejarah. Menurutnya, sejarah menjadi kekuatan untuk membangun Bengkulu. Tanpa sejarah, Bengkulu seperti tanpa tempat berpijak, dan sejarah menjadi spirit kemajuan. Bengkulu punya sejarah untuk Negara Kesatuan Republik Indonesia.

“Ibu Fatmawati salah satunya, yang menjahit Bendera Pusaka Merah Putih. Ibu Fatmawati juga Ibu Negara Republik Indonesia pertama. Dengan kekuatan sejarah itu akan menjadi spirit kemajuan bagi Bengkulu, dengan menjadikannya ikon untuk membangun jejaring ke pusat. Dan itu sangat layak untuk dijual tanda kutip ya, sejarah ini begitu besar pengaruhnya bagi bangsa ini. Oleh karena itu, kita sebagai penerus di Bengkulu harus selalu menggaungkan nilai-nilai sejarah itu,” beber Dadang.

Potensi sejarah Bengkulu, kata Dadang, tidak hanya melekat pada sosok Fatmawati saja, namun juga pada Presiden RI pertama Soekarno. Seperti diketahui, Bung Karno pernah diasingkan di Bengkulu semasa penjajahan.

“Tentu itu bukan hal yang kebetulan, melainkan ada campur tangan Tuhan dan pasti ada nilai-nilai yang terkandung di dalam fase-fase ketika Bung Karno diasingkan di Bengkulu. Mengapa di Bengkulu dan tidak di daerah lain Soekarno diasingkan dan mempersunting wanita yang bakal menjadi Ibu Negara RI pertama, karena Bengkulu ini memiki kekhasan tersendiri,” ungkapnya.

Baca juga Dadang Bersiap ke Kursi Gubernur Bengkulu

Lanjut Dadang, Bengkulu selain memiliki kekhasan, juga memiliki kekhususan. Apabila ini dikelola dengan baik, maka akan menjadi tidak sekedar simbol kebanggaan, namun simbol ekonomi dan kemakmuran bagi masyarakat Bengkulu.

“Tidak zaman lagi kita berbangga dengan jargon-jargon yang mempesona namun tidak memiliki nilai ekonomi dan kemakmuan bagi rakyatnya, jargon-jargon itu harus dibumikan menjadi bentuk ekonomi yang mensejahterakan rakyat,” kata Dadang.

Suami anggota DPR RI Dapil Bengkulu Elva Hartati ini mencontohkan Pantai Panjang, yang memiliki hamparan pasir memanjang itu adalah potensi khusus yang hanya ada di Bengkulu. Namun menjadi masalah ketika itu cuma menjadi ikon kebanggaan, dan belum menjadi ikon ekonomi dan kesejahteraan.

“Sangat mungkin Pantai Panjang ini menjadi ikon ekonomi dan kesejahteraan, menuju itu tentu tidak hanya dengan promosi-promosi saja, namun harus dikonsep matang dan berani. Sebab Pantai Panjang memiliki nilai manfaat yang juga jangka panjang, jika dikelola dengan baik dan berorientasi kesejahteraan. Saatnya mindset diubah, menjadi kepariwisataan yang bernilai ekonomi dan kesejahteraan, masyarakat kita ini butuh hiburan tapi juga butuh kesejahteraan,” jelasnya.

Potensi khusus lainnya, sambung Dadang, adalah pertanian dan perkebunan. Bengkulu memiliki hamparan luas kebun sawit, karet, kopi dan lainnya.

“Pemerintah sudah mulai menata sektor pertanian dan perkebunan, ini harus terus dilanjutkan dan didukung siapapun gubernur selanjutnya, agar pembangunan Bengkulu berkesinambungan. Sektor lain yang harus diperhatikan adalah sektor pertambangan. Bengkulu memiliki banyak perusahaan tambang beroperasi, harus dijelaskan nilai manfaat apa bagi masyarakat, tambang harus dievaluasi dan ditata agar menjadi bagian dari pembangunan Bengkulu. Ini semua harus dikomunikasikan dengan baik ke semua elemen, eksekutif dan legislatif tidak boleh jalan sendiri-sendiri, mereka adalah satu kesatuan pemerintah dan harus bertanggung jawab terhadap output pembangunan di Bengkulu ini,” urainya.

Dadang juga tidak memungkiri bahwa pembangunan di Bengkulu harus dibarengi dengan infrastruktur yang memadai.

“Aksesibilitas itu penting agar tidak ada hambatan, itu salah satu syarat mewujudkan Bengkulu yang memiliki ikon ekonomi dan kesejahteraan, ikon itu harus bernilai manfaat nyata bagi masyarakat, bukan jargon yang membius dan membuat orang terninabobokan,” demikian Dadang. (rLs)

Editor: Doni S

BACA LAINNYA


Leave a comment