Pertambangan Batu Bara yang Memiliki Efek Buruk untuk Kesehatan dan Lingkungan di Provinsi Bengkulu

Oleh: Rozi Afrizal*

Efek Tambang Batu Bara Yang Merusak Kesehatan Dan Lingkungan

Batu bara adalah batuan organik sumber bahan bakar yang jumlahnya melimpah serta relatif murah ditambang dan diubah menjadi energi. Menambang batu bara bisa berguna untuk kemajuan ekonomi suatu negara, namun proses ini juga punya dampak buruk untuk kesehatan dan lingkungan.

Pada dasarnya industri pertambangan menghasilkan metal dan metaloid dalam konsentrasi tinggi yang berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan. Selain itu, penggunaan metode tradisional penambangan secara terus menerus sanggup meningkatkan emisi produk beracun dan produk tidak ramah lingkungan lainnya.

Kesehatan

Conserve energy future menjelaskan bahwa studi menunjukkan pertambangan adalah salah satu pekerjaan yang paling berbahaya di dunia, karena akan terjadi hal dalam resiko cedera, kematian, serta efek kesehatan yang jangka panjanh yang terkait dengannya. Efek jangka panjang pertambangan batu bara yaitu gangguan pernapasan terhadap manusia yaitu seperti pneumokoniosis, asbestosis dan silikosis.

Risiko kesehatan itu berdasarkan jenis kegiatan pertambangan yaitu penambangan dalam dan terbuka. Tambang batu bara mengasilkan banyak debu yang jika terhirup dapat menyebabkan flek hitam di paru-paru para pekerja atau orang lain yang tinggal di sekitar wilayah yag dekat dengan pertambangan batu bara.

Peledakan dan pengeboran dalam proses pertambangan juga menghasilkan mineral halus pada debu yang bisa terhirup dan menumpuk di suatu paru-paru sehingga jadi penyebab pneumokoniosis.

Ketika penambang menghirup kuarsa atau kristal silika dalam jumlah berlebihan, kemungkinan besar akan menderita penyakit yang tidak dapat disembuhkan yang disebut silikosis.

Dalam artikel ini, Rozi Afrizal, peneliti dari seorang west virginia, mengatakan, pekerja dan masyarakat yang berada dekat pertambangan batu bara terganggu akan risiko akan kematian lebih tinggi akibat penyakit jantung, pernapasan dan ginjal kronis.

Lingkungan

Salah satu efek negatif pertambangan batu bara pada lingkungan yakni mempengaruhi perairan di permukaan atau bawah tanah. Aktivitas pertambangan yang menghasilkan banyak bahan kimia bisa meracuni perairan yang ada disekitar setempat.

Penggunaan bahan peledak serta aktivitas lain dalam proses pertambangan juga bisa menyebabkan erosi, menghapus keanekaragaman tumbuhan dan hewan yang kehilangan habitat, serta transfer racun di rantai makanan.

Seorang Energy Information Administration Bengkulu Tengah menjelaskan bahwa fly ash, limbah debu batu bara dari pertambangan, dulu dilepaskan ke udara melalui pembakaran namun hal ini sudah dilarang oleh undang-undang. Emisi fly ash itu wajib ditangkap oleh perangkat pengendalian polusi begitu pula dengan limbah bottom ash.

Penambang batu bara di Bengkulu Tengah wajib mengontrol limbah yang dilepaskan ke udara dan air. Pemerintah Bengkulu Tengah bekerja sama dengan industri telah menciptakan teknologi untuk mengurangi limbah hingga pemanfaatan energi batu bara bisa lebih efisien.

Indonesia diketahui baru saja mengeluarkan fly ash dan bottom ash dari kategori limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun). Kebijakan ini tertuang dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Aturan yang ditandatangani Presiden Joko Widodo itu berlaku mulai 2 Februari 2021. Selama dikategorikan B3, fly ash dan bottom ash disebut tidak dapat dimanfaatkan. Pengusaha mendukung limbah batu bara ini keluar dari B3 sebab dalam pembangunan jalan, jembatan, dan timbunan, reklamasi bekas tambang, serta untuk sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan.

*Penulis adalah Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri Bengkulu

Comments (0)
Add Comment