Menumbuhkan Jiwa Nasionalisme Saat Berwisata ke Rumah Pengasingan Bung Karno di Bengkulu

NEWS - Senin, 11 Februari 2019

Konten ini di Produksi Oleh :

Menumbuhkan Jiwa Nasionalisme Saat Berwisata ke Rumah Pengasingan Bung Karno di Bengkulu

“Jas Merah” jangan sekali-kali melupakan sejarah. Sebagai warga negara Indonesia sudah sepatutnya bagi kita untuk tidak melupakan sejarah berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Di Bengkulu, banyak sekali tempat tempat bersejarah atau peninggalan sejarah yang patut diketahui oleh generasi sekarang baik peninggalan zaman Kolonialisme Inggris maupun Belanda, salah satunya adalah tempat tinggal Soekarno saat diasingkan oleh Belanda.

Soekarno diasingkan di Bengkulu setelah sebelumnya diasingkan di Ende (1934-1938) karena aktifitasnya yang dianggap membahayakan kepentingan Belanda, Soekarno tak henti-hentinya menggelorakan semangat nasionalisme Indonesia untuk menuju Kemerdekaan.

Ia dikirim ke Bengkulu setelah Moch. Thamrin melayangkan protes kepada pemerintah Belanda di Volksraad saat mengetahui Soekarno mengalami sakit keras di pengasingannya di Endeh. Protes Thamrin ini sampai juga ke Den Haag hingga ahirnya Soekarno dibawa ke Bengkulu melalui Pelabuhan Merak menggunakan kapal Dagang.

“Ketika berita mengenai keadaanku yang sedang sakit keras sampai di Jakarta, Thamrin mengajukan protes di Volksraad,” begitu pengakuan Soekarno seperti yang ada dalam buku Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia.

Soekarno kemudian ditempatkan di sebuah rumah yang terletak di jalan Anggut Atas (kini Jalan Soekarno Hatta) dari tahun 1938 hingga 1942. Rumah tersebut hingga kini masih terpelihara dengan baik setelah direnovasi dan ditetapkan sebagai Cagar Budaya oleh Pemerintah Pusat.

Memasuki rumah Peninggalan Soekarno, akan tumbuh perasaan menerawang ke belakang seolah ingin mengatakan alangkah besarnya pengorbanan para pejuang kita dalam memperjuangkan Indonesia Merdeka.

Di rumah ini, kita akan menemui beberapa ruangan yang dulu dipergunakan oleh Soekarno. Ruang Kerja Soekarno ada disebelah kanan, dikamar ini terdapat lemari yang isinya buku buku peninggalan Soekarno, ada juga gambar rancangan arsitektur rumah karya Soekarno.

Secara umum, didalam rumah ini terdapat beberapa peninggalan Soekarno yakni seperti ranjang besi yang pernah dipakai oleh Soekarno Bersama istrinya Inggit Garnasih, Foto-foto Soekarno, Inggit Garnasih, Fatmawati. Ada juga Sepeda yang digunakan untuk keperluan sehari hari, Kursi Tamu, Pakaian Seragam opera Tonil dan lainnya.

Di sekitar rumah ini, terdapat juga bangunan kecil yang terletak disamping rumah mirip dengan sebuah garasi mobil, sedangkan dibagian belakang, terdapat bangunan terdiri dari beberapa kamar yang dulu digunakan untuk kamar pembantu, dapur dan kamar mandi, sedangkan untuk keperluan air bersih, terdapat sumur yang hinggi kini masih dilestarikan dan konon katanya banyak juga pengunjung yang mengambil airnya untuk cuci muka termasuk Puan Maharani dan Menteri Pendidikan Republik Indonesia.

Rumah ini bukan hanya punyai nilai sejarah bagi bangsa Indonesia yang memakai Jasmerah, tetapi punya arti penting bagi kehidupan rumah tangga Soekarno. Di rumah ini Soekarno banyak mengenal Islam melalui tokoh Agama Bengkulu yang bernama Hasan Din. Di rumah ini pula, Soekarno menemukan cinta meskipun saat itu Soekarno berada di rumah ini bersama istrinya Inggit Garnasih. Namun karena seringnya Soekarno bertemu dengan gadis Bengkulu yang bernama Fatmawati tersebab pertemuan antara Soekarno dengan Hasan Din yang tak lain adalah orang tua Fatmawati, buih Cinta itupun kian membara.

Rupanya bukan karena paras cantik yang di miliki Fatmawati hingga Soekarno jatuh cinta, ada hal lain yang mebuat Soekarno jatuh cinta kepada Fatmawati yakni adanya keinginan Soekarno untuk mendambakan keturunan.

“Setiap orang memiliki anak. Setiap orang, kecuali Soekarno. Inggit tidak mampu memberiku anak, sehingga sebagian dari diriku dan sebagian dari hidupku terasa hampa”, demikian keluhan Soekarno dalam buku Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia.

Akhirnya, Rumah ini menjadi saksi sejarah, bukan hanya sebagai saksi tentang kisah Soekarno dalam perjuangan kemerdekaan, tetapi juga saksi sejarah tentang keretakan rumah tangga Soekarno dengan Inggit Garnasih, sekaligus bersemainya cinta kasih Soekarno dengan Fatmawati yang berlanjut ke jenjang perkawinannya pada tahun 1943 setelah menceraikan Inggit kemudian melahirkan lima orang anak sebagaimana yang didambakan Soekarno yakni Guntur Soekarnoputra, Megawati Soekarnoputri, Rachmawati Soekarnoputri, Sukmawati Soerkarnoputri dan Guruh Soekarnoputra.

BACA LAINNYA


Leave a comment