12 Penyu Mati di Dekat PLTU Teluk Sepang, Alumni Gempa IAIN Desak Gubernur Ambil Langkah Tegas

NEWS - Minggu, 8 Desember 2019

Konten ini di Produksi Oleh :

Salah satu Penyu yang mati di dekat PLTU Teluk Sepang/Facebook

GARUDA DAILY – Dalam kurun waktu dua bulan terakhir, 12 Penyu ditemukan mati di pesisir pantai dekat PLTU Batu Bara Teluk Sepang. Hal ini menjadi tanda tanya besar sejumlah pihak, termasuk dari kalangan aktivis pencinta alam.

Alumni Generasi Pencinta Alam (Gempa) IAIN Bengkulu Soprian Ardianto, yang juga aktif di Kanopi Bengkulu, menyampaikan rasa kecewanya terhadap pemerintah karena dipandang tidak peduli terhadap matinya 12 Penyu yang semestinya dilindungi.

Dia juga mempertanyakan ketiadaan laboratorium di Bengkulu yang bisa meneliti penyebab kematian biota laut tersebut.

“Masa se-Provinsi Bengkulu tidak ada lab yang bisa meneliti apa penyebab kematian Penyu tersebut, itukan tidak masuk akal,” ujarnya.

Soprian mendesak Gubernur Bengkulu mengambil langkah tegas. Pemerintah harus mengusut tuntas dan mengambil langkah serius terkait kasus ini.

“Kematian Penyu secara beruntun harus disikapi secara serius, kok tiba-tiba semenjak ada pembuangan limbah bahang yang dilakukan PLTU banyak Penyu yang mati,” tegasnya.

Bahkan Soprian juga meminta, sebelum persoalan ini selesai PLTU ditutup terlebih dahulu, yang memang keberadaannya sejak awal telah mengundang berbagai masalah.

“Dari peletakan batu pertama PLTU ini sudah membuat masalah,” ungkapnya.

Penyu sendiri, lanjutnya, merupakan jenis biota laut yang berada di laut lepas, dan besar kemungkinan Penyu yang mati tersebut sedang dalam proses untuk bertelur sehingga berada di pinggir pantai. Di mana Penyu akan bertelur di tempat biasa ia bertelur.

“Kemungkinan Penyu ini dalam bulan-bulan terakhir ini dalam proses ingin bertelur, ketika tiba di pinggir tempat di mana dia biasa nelur, pasti dia kembali bertelur,” terangnya.

Penulis: Kelvin Aldo

BACA LAINNYA


Leave a comment