Informasi dan Pola Tingkah Masyarakat Bengkulu

LITERASI - Sabtu, 8 Juli 2017

Konten ini di Produksi Oleh :

Oleh; Benny Hakim Benardie

“Bila tidak ada informasi, tentunya tidak akan muncul persepsi, kecuali identifikasi semata yang berasal dari naluri”.

Dalam berbagai bentuk informasi yang disajikan, mulai pemberitaan, opini, artikel atau cerpen, tanpa disadari dapat mensukseskan proses ‘cuci otak’ personal atapun khalayak ramai. Perubahan sikappun terjadi pada pola tingkah masyarakat.

Apalagi di era globalisasi saat ini, media online ataupun media sosial menjadi kebutuhan yang tak terlepaskan. Seseorang dapat mengakses kejadian di ujung dunia sekalipun, hanya dalam hitungan detik. Berbagai informasi disajikan dalam berbagai bentuk tulisan dan gambar akan dapat diperoleh.

Pembaca senang, fokus dan berdecap kagum dengan apa yang lihat. Dari sinilah semua perubahan pola tingkah masyarakat itu berevolusi bahkan mengapai revolusi diri. Transformasi akibatkan informasi kerap terjadi. Tentunya secara psikologi, bukan faktor informasinya yang berperan, tapi persepsi dari personnya itu sendiri.

Tentunya kondisi giografis, sosisologis juga mempunyai peran penting dalam merubah dan membentuk pola dan tingkah dimasyarakat, khususnya di Provinsi Bengkulu yang merupakan daerah pesisir dan pergunungan.

Berfikir

Mengambil contoh bagaimana informasi berhubungan dengan pola tingkah masyarakat, pasca ditangkapnya Gubernur Bengkulu Ridwan Mukti oleh Komisi Pembarantasan Korupsi.

Secara spontan, berkumpullah berbagai unsur elemen masyarakat. Mulai dari akademis, praktisi hukum, praktisi pers, aktivis, seniman bahkan para petani menyatu dalam satu ide dan tekad.

Notabene mereka tidak punya hubungan, kepentingan secara emosional terhadap pejabat gubernur atau wakili gubernur yang menjabat. Rasa tanggungjawab terhadap daerah mereka bergelora, primordialime mereka muncul. Kenapa?

Karena selama ini, mereka yang tergabung Masyarakat Peduli Bengkulu mendapatkan informasi seputar sepak terjang Sang Gubernur yang belum menjabat dua tahun itu, di duga melakukan pengangkangan perundang-undangan. Informasi itulah yang mereka peroleh.

Sigap mereka menemui wakil gubernur yang menjadi pelaksana tugas (Plt) gubernur, guna mensuport tanpa tendensius dan presure. Hanya usul dalam tataran santun. Mereka berharap Plt menjalankan roda pemerintahan daerah, sesuai aturan hukum yang berlaku. Meluruskan mutasi dan rotasi yang sempat dilakukan gubernur, sesuai perundang-undangan tentang ASN, dan lain sebagainya.

Penulis dalam hal ini hendak mengatakan, kalau informasi yang diperoleh menimbulkan pemikiran. Hasil guna dan buahnya adalah persepsi. Bila ada perbedaan, itu hanya soal rasa dan warna saja. Pemikiran itu tentunya merupakan proses yang rumit. Pertama, ada keterlibatan facta yang terindera. Kedua, Panca indera Ketiga, otak dan terakhir, informasi sebelumnya yang berkaitan dengan facta.

“Bila tidak ada informasi, tentunya tidak akan muncul persepsi, kecuali identifikasi semata yang berasal dari naluri”. Tanpa fakta atau informasi. Aksen yang akan dilakukan seperti Masyarakat Peduli Bengkulu diatas, maka itu hanya imajinasi semata.

Dapat dikatakan, informasi yang diperoleh seseorang atau khalayak, tidak akan mempengaruh pola tingkah masyarakat. Persepsilah yang berpengaruh.

[Penulis adalah Pemerhati Sejarah dan Budaya Bengkulu]

BACA LAINNYA


Leave a comment