GARUDA DAILY – Kebangkitan Nasional merupakan peristiwa bangkitnya semangat persatuan, kesatuan dan nasionalisme dalam memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia. Usia kemerdekaan yang hampir genap 72 tahun ini, hendaknya semangat kebangkitan terus berkobar dalam setiap jiwa masyarakat. Salah satunya adalah bangkit melawan korupsi yang terus menjadi penghambat pembangunan.

“Kita berharap, momentum kebangkitan nasional ini negara kita berangsur-angsur menekan atau mengurangi tingkat korupsinya. Memang dibutuhkan orang-orang yang berintegritas. Tidak mungkin kita berbicara pemberantasan korupsi, tapi yang berbicara anti korupsi itulah para pelaku-pelaku yang tidak berintegritas,” ujar Melyan Sori, aktifis anti korupsi yang juga pendiri Pusat Kajian Anti Korupsi (Puskaki) Bengkulu.

Menurutnya, gerbang utama pemicu terjadinya tindak pidana korupsi adalah dimulai dari rekrutmen, baik itu penegak hukum maupun aparatur sipil negara (ASN).

“Jika di awal sudah terjadi sogok-menyogok, misalnya mau jadi hakim, polisi, pegawai negeri, tes masuknya sudah menyogok, inilah yang kemudian menjadi bibit korupsi yang berkelanjutan,” terangnya.

Kemudian Melyan mengungkapkan, kesalahan masyarakat dalam memilih pemimpin yang tidak berintegritas merupakan salah satu faktor pendorong korupsi.

“Banyak di kalangan kita yang punya kemampuan, berintegritas tinggi, tapi tidak punya uang, yang akhirnya kalah dalam kontestasi politik. Artinya, masyarakat kita perlu disadarkan untuk memilih pemimpin yang berintegritas, bukan yang banyak uang. Memilih itu jangan karena duit, karena di sogok, tapi lihatlah kemampuannya,” paparnya. (YC)