Enam Fakta Menarik Seputar Kain Besurek

NEWS - Minggu, 7 Juli 2019

Konten ini di Produksi Oleh :

Karnaval Kain Besurek

GARUDA DAILY – Kain Besurek telah melekat menjadi identitas Provinsi Bengkulu, buah dari ekspresi budaya yang sarat akan makna dan nilai estetika. Sebagai karya seni, Kain Besurek mencapai puncaknya setelah Pemerintah Pusat melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menetapkannya sebagai Warisan Budaya Indonesia.

Berikut lima fakta menarik seputar Kain Besurek yang dirangkum Garuda Daily dari berbagai sumber:

1. Gagal jadi Warisan Budaya Indonesia

Pada tahun 2014, Kain Besurek sempat gagal menjadi salah satu Warisan Budaya Tak Benda Indonesia. Mirisnya, kegagalan ini hanya dikarenakan Pemprov Bengkulu waktu itu tidak mengirimkan utusan atau perwakilan saat sidang Warisan Budaya Tak Benda Indonesia oleh Kemendikbud RI. Sehingga usulan Pemprov sama sekali tidak dibahas. Untuk diketahui, selain mengusulkan Kain Besurek, waktu itu Pemprov juga mengusulkan Kain Lantung dan Kain Umeak Jang.

2. Tak Ada Catatan Sejarah Pasti

Tidak ada atau belum ada catatan pasti tentang sejarah awal masuknya Kain Besurek ke Bengkulu. Ada yang menyebutkan Besurek diperkenalkan pedagang Arab dan pekerja asal India pada abad ke-17. Literasi sejarah lainnya mengatakan kecenderungan awal perkembangan Kain Besurek di Bengkulu bermula sejak hijrahnya Pangeran Sentot Alibasyah serta sanak saudara dan pengikut-pengikutnya ke Bengkulu. Terbukti pada awalnya ternyata masyarakat pemakai dan pengrajin Kain Besurek sebagian besar dari keturunannya.

Di sisi lain disebutkan Batik Besurek diperkenalkan oleh saudagar dan seniman batik dari Demak. Hal ini dapat ditelusuri dari sejarah Kesultanan Demak, yang merupakan Kerajaan Islam pertama dan terbesar di Pulau Jawa pada 1475–1548. Pada masa itu, banyak pembatik yang membuat batik bermotifkan kaligrafi Arab, biasa dipakai untuk menutup Al-Quran. Kemudian berkembang luas dan tersebar di beberapa kerajaan lain yang manjadi mitra dagang Kesultanan Demak, termasuk Cirebon, Jambi dan Bengkulu. Sejarah lainnya menyebutkan, Kain Besurek merupakan perpaduan dari motif kaligrafi daerah Jambi dan Cirebon yang kemudian diadaptasi menjadi kain khas Bengkulu.

Namun, karena Kain Besurek kental dengan nuansa Islam, maka diyakini Kain Besurek masuk seiring masuknya Islam ke Bengkulu.

3. Kolaborasi Islam dan Budaya Lokal

Motif Batik Besurek diakui unik, seperti tulisan kaligrafi Arab, juga motif-motif lain yang mengangkat kearifan lokal Bengkulu. Motif kaligrafi Arab di Batik Besurek bersifat abstrak, yaitu tulisan Arab yang diambil secara acak dan tidak memiliki makna. Keberadaan Batik Besurek merupakan bukti bahwa proses kolaborasi Islam dan budaya lokal tidak hanya terjadi di wilayah ritus, tapi juga pakaian. Artinya, Islam secara dinamis mampu berbaur dengan kebudayaan apapun tanpa kehilangan ajaran intinya.

Modifikasi Kain Besurek

4. Penggunaan Awal Hanya Untuk Hal-Hal Tertentu

Sentuhan islami berupa motif kaligrafi Arab menjadikan kain besurek dianggap sakral, penggunaannya dulu hanya terbatas pada acara adat. Seperti penutup kepala oleh pendamping pengantin laki-laki saat akad nikah dan acara-acara adat, serta oleh pemuka adat dalam acara Mufakat Rajo Penghulu (rapat panitia persiapan upacara pernikahan); menjadi selendang bagi pengantin wanitanya saat upacara mengikir gigi, mandi, dan ziarah kubur sebelum akad nikah, atau dikenakan untuk wanita paruh baya ketika melayat ke rumah duka. Juga digunakan sebagai isi sampiran pada kamar pengantin tradisional Bengkulu, dan juga dikenakan pada upacara kelahiran (cukur rambut anak), hingga penutup jenazah dan keranda.

5. Ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia

Setahun berlalu, Pemprov Bengkulu enggan mengulangi kesalahan yang sama, dan kembali mengusulkan Kain Besurek, Kain Lantung dan Kain Umeak Jang, ditambah Upacara Perkawinan Adat Kejai, ke Kemendikbud RI. Kali ini berhasil, Kain Besurek ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia, begitu juga Kain Lantung dan Kain Umeak Jang. Ketiganya masuk kategori kemahiran dan kerajinan tradisional. Namun sayang, Upacara Perkawinan Adat Kejai belum berhasil ditetapkan sebagai warisan budaya, karena dokumen yang disampaikan Pemprov tidak lengkap.

6. Calendar of Events Pemprov Bengkulu

Festival Kain Besurek Kota Bengkulu masuk ke dalam Calendar of Events 2019 yang dicanang Pemerintah Provinsi Bengkulu melalui Dinas Pariwisata Provinsi Bengkulu. Festival Kain Besurek ini dipelopori Pemerintah Kota Bengkulu dan menjadi agenda rutin. Penyelenggaraan Festival Kain Besurek juga untuk mendukung Visit Wonderful Bengkulu 2020, salah satu dari lima program prioritas Pemprov Bengkulu.

Pengrajin Kain Besurek
BACA LAINNYA


Leave a comment